Tauh gak sih, di tengah kemudahan masyarakat kita hari ini dalam mengakses internet, maka hal ini juga memberikan kemudahan dalam menerima dan menyebarkan informasi di media social. Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin marak pula penyebaran berita bohong atau hoax di media social.

Lajunya arus informasi memang telah memudahkan banyak orang dalam memperoleh informasi apa saja, dan dimana saja tanpa harus susah-susah lagi. Cukup bermodalkan kuata internet dan Smarphone maka dunia berasa di tangan kita. Semakin banyaknya informasi yang mampu disebarkan oleh siapa saja melalui internet, maka semakin banyak pula informasi-informasi yang kebenarannya belumlah pasti.

Lingkaran kelam yang sering kali memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tertentu dan juga merugikan satu pihak yang lainnya ini juga semakin subur hari ini mengingat masih minimnya kesadaran kita secara individu maupun kelompok untuk mencegahnya.


Walau sudah ada upaya dari pemerintah untuk secara resmi untuk membuka ruang pelaporan pengaduan melalui Kementrian Komunikasi dan Informasi. Tetap saja, ini butuh kerja sama kita bersama sebagai warga negara, dan yang paling utama adalah dimulai dari diri sendiri untuk menjadi pribadi yang bijak dalam bermedia social, serta kritis dalam mencerna sebuah informasi yang kita peroleh, sebelum kita menyebarkan kembali kepada orang lain.


Sebagai anak muda yang merupakan sebagian besar pengguna media social, tentu kita punya tugas yang lebih ekstra dalam menciptakan narasi informasi yang benar di media social, maupun menyebarkan informasi-informasi yang akurat akan fakta kebenarannya kepada orang lain. Salah-salah dalam memberikan informasi, bisa-bisa kita menjadi agent perpanjangan tangan dalam penyebaran berita bohong tersebut. Memang media social adalah sebuah keuntungan bagi kita hari ini, karena mampu memberikan kemudahan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Tapi tak bisa dipungkiri juga, bahwa perkembangan media social hari ini, juga mampu memberikan dampak yang negatif kepada pengguna jika tak cermat dalam mengelolanya. Tak hanya berita bohong yang tersebar, tetapi ketidakcermatan kita dalam bermedia social juga mampu menjadi bumerang untuk kita, yang mungkin tersandung dengan UU ITE akibat salah kaprah dalam mengekspresikan kebebasan dalam berpendapat di media social, karena negara kita juga punya UU yang mengatur segala hukumnya, termasuk media social,dan tak jarang juga media juga mampu menciptakan perpecahan di antara sesama.

Ada beberapa cara yang harus kita terapkan dalam bermedia social, sebelum menyebarkan informasi kepada orang lain, dan agar kita tidak menjadi penyebar hoax tersebut.

  1. Terbukalah dengan berbagai sudut pandang, karena punya satu sudut panjang saja hanya akan membuat kita menilai sesuatu dengan subjektif.
    Artinya, kita harus menerapkan pola pikir yang terbuka dan kritis terhadap segala hal. Sehingga kita tak hanya manut dengan satu sudut pandang yang kita pahami saja, namun juga membuka diri dengan sudu pandang yang lainnya, agar kita mampu melihat dan menilai segala sesuatu dengan bijak dan objektif. Hari ini zaman berkembang begitu pesat dari berbagai aspek kehidupan kita, dan akses informasi yang begitu berkembang secara global. Hal demikian bisa kita manfaatkan agar tak hanya menerima mentah-mentah sebuah informasi yang diperoleh tanpa mengcek akan kebenarannya.
  2. Hoax ditandai dengan berita yang bernada provokatif, maka cara mencegahnya adalah dengan mengkonfirmasi kepada sumber terkait.
    Artinya, setiap media yang memberikan informasi perlu kita cek ulang akan kebenarannya, walau itu media besar dan terkenal sekalipun. Karena media yang kredibilitas sekalipun tak menutup kemungkinan juga akan memuat berita-berita yang mungkin saja mengandung unsur-unsur hoax tersebut. Apalagi kontennya mengandung unsur-unsur provokatif, unsur kebencian, permusuhan, dan sebagainya yang akan menimbulkan narasi kebencian, karena semua orang punya kepentingan tersendiri. Tugas kita dalah memilih dengan bijak informasi yang kita peroleh dari media apa saja, cari kebenarannya sebanyak mungkin, dan budayakan memiliki maidset yang terbuka dalam segala sesuatu.
  3. Perhatikan sepak terjang dan keaslian sumber berita, karena nama mediapun bisa dipakai oleh pihak lain untuk ikut menyebarkan hoax.
  4. Penting untuk tahu bahwa siapa saja berkemungkinan menyebarkan hoax, maka jangan mudah percaya pada satu sumber saja.
    Artinya, kita jangan terlalu mudah percaya atau tertrigger pada hanya satu berita saja, karena terkadang kita terlalu fanatik menilai sesuatu hal, apalagi jika sudah melibatkan emosi terhadap suatu berita yang ditambah lagi dengan rasa suka atau tidak suka kita terhadap suatu ideology yang berbeda. Nah, biasanya hal sepeti ini akan membuat kita merasa empati dan langsung memforward berita tersebut tanpa kita mencek kembali kebenarannya. Jadi kita harus jernih dalam memandang sesuatu, agar kita mampu mencernanya dengan baik dan pikiran yang terbuka.
  5. Hoax tak hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi juga dalam bentuk foto ataupun video
  6. Jika kita mengindikasi adanya berita hoax, maka segera laporkan kepada pihak yang berwenang.

Yuks pahami ciri-ciri hoax, dan skip menyebarkannya sebelum menemukan fakta keasliannya.

Nuraini Zainal

Menanggapi Rancangan Program Utama Walkot Bukittinggi Yang Religius

Previous article

Saat Ahok Jadi Pembicara Di Depan Santri NU

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini