Oleh: Yui

Dalam beberapa postingan saya mengenai toleransi beragama, sering saya singgung mengenai pentingnya menghargai perbedaan dalam hal apa pun, selagi perbedaan itu tidak memengaruhi atau merugikan orang lain. Hal tersebut tidak terlepas dari negara Indonesia yang memiliki ragam kebudayaan, suku, ras, agama, dan etnis.

Lantas, adanya artikel-artikel tentang saling menghargai, tidak jua membuat masyarakat paham akan makna toleransi beragama.

Pada tanggal 5 April 2024, beredar sebuah video mengenai suatu jemaah yang melakukan salad Id terlebih dahulu. Di dalam video tersebut terlihat jelas bahwa pemimpin dari jemaah itu berkata, ia mendapatkan petunjuk langsung. Bahkan, ada kalimatnya yang mungkin sedikit “di luar nalar” mengenai “sudah menelepon Allah”, membuat sebagian orang yang menonton video itu tertawa, bahkan menghujat. Bagian parah, masyarakat yang menghujat, memukul sama rata bahwa penduduk di wilayah sana melakukan hal serupa tanpa mencari kebenaran yang ada.

Beberapa hari kemudian, pemimpin jemaah itu kembali membuat video klarifikasi atas ucapannya yang di luar nalar itu. Ia berkata bahwa salah ucap dan perkataan yang sebenarnya, ia melakukan perjalanan spiritual sehingga mendapatkan petunjuk seperti itu. Lebih lanjut, ia berkata bahwa jamaah di wilayah itu melakukan puasa terlebih dahulu daripada masyarakat lain.

Menjadi pertanyaan dasar atas reaksi masyarakat yang merasa paling benar, apakah boleh kita menghina keyakinan orang lain di atas keyakinan kita? Lantas, jika agama kita benar, apakah agama mereka salah? Bukankah sudah dijelaskan dalam firman Allah bahwa kita tidak boleh mengolok-olok keyakinan orang lain, takutnya mereka lebih mengolok-olok keyakinan kita?

Sekelas Muhammadiyah dan NU saja sudah berbeda dalam pelaksanaan pertama puasa, tetapi tidak ada kekacauan yang terjadi, lantas mengapa masih saja gaduh dengan keyakinan orang lain?

Banyak orang-orang yang memiliki keyakinan berbeda dengan kita, tetapi mereka tidak menyebabkan kekacauan dan kegaduhan. Jika perbedaan yang mereka lakukan menyebabkan hal yang bertentangan, tidak mengapa kita bertindak untuk menegur. Akan tetapi, tegurlah secara baik-baik sebagaimana para nabi dan rasul menegur orang-orang yang berbuat kekacauan.

Tanamkan dalam diri bahwa perbedaan itu adalah salah satu keindahan yang diciptakan oleh Allah sehingga timbul rasa saling kasih mengasihi. Toleransi itu ada untuk membatasi diri dari rasa egois, tetapi jangan tabrak hal-hal di luar batas atas nama toleransi, seperti beribadah di tempat orang lain, sedangkan tempat ibadah kita banyak yang kosong. Itu bukan toleransi, tetapi mencari muka, seakan-akan butuh pengakuan dari orang lain bahwa kita pelaku toleransi.

Indonesia, 8 April 2024

Yui
Penulis dan Pengarang

    COMMON ENGLISH GRAMMAR MISTAKES PART 3

    Previous article

    Cara Menaikkan PAD Sebuah Daerah

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Berita