Agama adalah ajaran luhur yang menjadi dasar prilaku manusia untuk menjadi manusia yang manusiawi hingga saat kamatian tiba dan menghantarkan jiwa manusia menuju pada surga yang penuh dengan kebahagiaan.
Setiap manusia terlahir kedunia karena campur tangan Tuhan (Kehendak Tuhan) yang termanifestasikan kedalam hukum alam yang sering disebut sebagai Hukum Biologi, secara biologis Kelahiran manusia kemuka bumi diawali dari proses bertemunya Sel Sperma dan Sel Telur (Ovum) yang kemudian berkembang menjadi zigot, janin, hingga menjadi bayi yang siap terlahir kedunia.
Proses tumbuh dan berkembangnya manusia dari masa kandungan hingga dewasa bahkan kematian semuanya karena Kehendak Tuhan, dengan kata lain ketika Tuhan berkehendak meniupkan Ruh pada Janin yang ada dalam kandungan setiap ibu maka kehidupan akan tercipta, tidak peduli si ibu yang mengandung tersebut beragama apa?, suku apa?, golongan apa?, ketika Tuhan berkehendak agar bayi tersebut hidup, tumbuh, dan berkembang maka hal tersebut akan terjadi.
Sebagai ciptaan-Nya, kita tidak bisa memilih untuk terlahir di keluarga yang seperti apa?, suku apa?, ekonominya bagaimana?, golongan apa?, hingga beragama apa?. Setiap bayi yang lahir kedunia akan dirawat dan diasuh oleh orang tua nya. Sejak bayi, kanak-kanak, remaja, bahkan dewasa orang tua akan merawat dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kasih sayang orang tua ditunjukkan dengan memenuhi segala kebutuhan hidup anak-anaknya, hingga mengajarkan nilai-nilai spiritual dari agama yang di anut dan di yakini oleh orang tua.
Sejak masa seorang anak bisa melakukan banyak hal, orang tua akan membimbing banyak hal pula berkenaan dengan agama, dimulai dengan hal-hal sederhana, seperti; Sikap berdoa, Mengenakan Busana, bahkan salam keagamaa. Sejak itu juga seorang anak akan meyakini hal tersebut sebagai suatu kebenaran dan layak untuk dilestarikan. Dengan kata lain, seorang bertindak dan berprilaku sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh orang tuanya, Bahkan anak yang polos dan lugu juga belajar tentang kebohongan dari orang tua nya. Sehingga tanpa disadari anak adalah cermin dari kepribadian orang tua nya. Menjadi cermin pemahaman orang tua terhadap agama yang dianutnya.
Orang tua yang mengajarkan anak-anaknya tentang toleransi, perdamaian, keberagaman, persaudaraan dan kemanusiaan maka, tidak akan membatasi anaknya bergaul dengan sahabat sepermainan yang berbeda suku, budaya, bahasa, adat istiadat, bahkan agama. Tidak membatasi pergaulan anak juga bukan dengan membiarkan anak lepas kendali sehingga tidak memiliki pandangan hidup yang jelas bahkan kehilangan jati diri sebagai generasi penerus keluarga yang seyogyanya menjaga nama baik keluarga. Dengan kata lain orang tua tetap memantau (mengawasi) perkembangan anak-anaknya.
Namun demikian seorang anak yang telah cukup usia, sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia, anak tersebut diberi kebebasan memilih dan meyakini agama yang dikehendakinya, karena dari usia dini sudah diajarkan tentang ajaran agama tertentu, maka secara otomatis seseorang akan memilik agama yang telah di anut oleh orang tua mereka menjadi pilihan mereka. Meskipun demikian banyak juga yang memilih beralih keyakian sehingga memicu konflik antara anak dengan orang tua.

Setiap manusia sepakat bahwa semua agama mengajarkan kebaikan, tetapi sangat disayangkan ketika seseorang memilih beragama yang berbeda, mulai dari orang tua, kerabat, sanak saudara, bahkan tetangga hingga orang yang tidak kenal pun akan mendeskriditkannya, mempersekusinya, memusuhinya dan mengecapnya sebagai penghianat dan akan masuk neraka. Setiap manusia juga sepakat bahwa surga dan neraka itu ada, dan setiap agama juga mengajarkan tentang keimanan tentang surga dan neraka. Hanya saja yang menjadi petanyaan selanjutnya adalah “Sudahkan kita menjalankan segala perintahnya (melakukan kebajikan) dan menjahui larangannya (meninggalkan hal yang maksiat)?. Jika kita masih jauh dari apa yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa akankah kita diterima memasuki Istana Surga-Nya?, dan akankan Tuhan akan memberikan surga kepada manusia yang hanya mencari muka dihadapan-Nya?.

Hari ini, Rabu 26 Mei 2021 Umat Buddha merayakan Hari Trisuci Waisak. Penulis merasa tersanjung lantaran penulis satu-satunya anggota Duta Damai Sumatera Barat yang beragama Buddha, meskipun demikian Duta Damai Sumatera Barat ingat dengan hari besar keagamaan anggotanya hingga membuat pamflet ucapan Hari Waisak.
Saat penulis menghubungi Anggota IT dari Duta Damai Sumatera Barat, Diko dan menanyakan “apakah tidak bermasalah mengucapakan selamat pada pemeluk agama lain?. Sambil bercanda Diko menjawab “Tidak apa-apa bang, itukan tulisan bukan ucapan hehe…”.
Belum puas dengan jawaban nyeleneh dari tim IT, Penulis menghubungi Koordinator Duta Damai Sumatera Barat, Bung Onriza menyatakan “Kita adalah Duta Damai Sumatera Barat yang bertugas meyampaikan pesan-pesan damai, toleransi, dan keberagaman dan nilai kemanusiaan” demikian Bung Onriza berujar.
Disini Penulis juga mendapatkan pemahaman bahwa lingkungan, pergaulan, dan organisasi, juga turut serta membentuk kepribadian dan karakter seseorang dalam menumbuhkembangkan toleransi.

#Duta Damai Sumatera Barat

#Damai itu Indonesia

Suyadi

Palestina-Israel dalam Pandangan Liberalisme Ideasional : Solusi Dua Negara

Previous article

Teladan Kebangsaan KH. Ahmad Dahlan

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *