Indonesia adalah negara yang majemuk dengan lebih dari 700 bahasa daerah dan artinya lebih banyak lagi kebudayaan dibalik bahasa yang lebih dari 700 tersebut. Jangan pernah lupa pendiri bangsa dahulu juga mengkhawatirkan kemajemukan ini. Kemajemukan jika dikelola oleh orang yang pintar cerdas dan berbudi pekerti justru akan menjadi modal besar bagi bangsa indonesia membangun negeri ini. Akan tetapi kemajemukan yang ada tidak di kelola dengan baik oleh orang yangpintar, cerdas dan berbudi pekerti justru akan menjadi penghancur negara itu sendiri.

Menurut survei yang dilakukan Lingkar Madani Indonesia atau LIMA, efek politik uang diperkirakan hanya sekitar 30%, yang berarti dari 100 orang yang mendapat uang maka mungkin sekitar 30 saja yang memilih sesuai dengan permintaan pemberi uang.

Sementara politik SARA bisa berdampak melintasi batas-batas daerah tertentu, yang terlihat saat Pilkada DKI Jakarta ketika orang-orang di luar Jakarta pun juga sampai ikut ‘terlibat’.

“Yang kedua soal waktu. Pilkada DKI Jakarta yang begitu marak penggunaan isu SARA, sampai sekarang terbelah. Jadi bukan hanya berbeda pilihan tapi terbelah karena isu SARA. Baik yang menang maupun yang kalah masih memiiki dampak psikologis akibat isu SARA yang diperlakukan sangat kuat,” jelas Ray Rangkuti.

“Jadi kalau dilihat dari dampaknya, ternyata politik SARA dampaknya jauh lebih dahsyat dari politik uang. Politik uang terlokalisir hanya di daerah tempat pilkada berlangsung dan relatif berjangka pendek karena orang datang ke TPS, suaranya dibeli.”

Itu sebabnya Rangkuti di satu sisi menyambut baik menurunnya kecenderungan politik uang namun pada saat yang sama khawatir dengan meningkatnya isu SARA dalam pilkada.

“Bagi saya bukan soal pertanyaan kemunduran namun pada tingkat tertentu berhubungan dengan ketahanan naisonal. Apakah bangsa ini dengan politik SARA akan mampu bertahan atau keterpecahan semakin kuat. Jadi bukan soal mundur atau tidak saja. Politik SARA ini soal ujian terhadap ketahanan nasional Indonesia,” tegas Rangkuti.

Ini adalah hasil survey pada tahun 2018 lalu sampai sekarangpun kondisi politik jakarta masih terbelah apalagi ketika hasil kerja ahok dan anis sering dibanding-bandingkan.

Tentunya politik “Dagang Sara” tidak hanya terjadi dijakarta saja masih banyak daerah lain yang melakukan hal yang sama. Makin Banyak perbedaan disuatu daerah maka politik “Dagang Sara” maka akan makin besar kemungkinan untuk dikedepankan.

Pasca tewasnya George Floyd ditangan penegak hukum di amerika serikat Isu Rasial mulai menggema lagi di daratan amerika dan Eropa walaupun sedang terjadi pandemi virus covid 19 di sana. Hal ini membuktikan bahwa isu rasial jauh lebih berbahaya dan dianggap penting bagi sebagian besar orang di dunia melebihi kekhawatiran pada pandemi covid 19 itu sendiri.

Hal ini juga mendapatkan respon dari kepolisian di indonesia dengan ramai-ramai menaikkan posting Papua itu Indonesia. Hal ini tentunya sangat baik dan perlu di apresiasi oleh masyarakat. Karena sampai sekaran masih banyak pihak yang menebarkan virus rasial di negeri Papua.

Desember 2020 di tetapkan sebagai Pilkada serentak disebagian wilayah di indonesia. Dan isu rasial tentunya akan terus dimanfaatkan oleh para politisi busuk untuk mencapai kursi orang no satu di daerahnya. Hal inilah yang harus terus di konter oleh para penggiat media sosila yang peduli akan indonesia.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Sisi Spiritualitas Pancasila Ala Yudi Latif

    Previous article

    Survei Online Respon Masyarakat Sumatera Barat Terkait Aplikasi Injil Berbahasa Minang

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi