Perhelatan akbar ataupun pesta rakyat yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali untuk memilih anggota DPRD, DPR, MPR, hingga Presiden dan Wakil presiden akan segera tiba yakni 14 Februari 2024 seperti yang diumumkan oleh KPU

Seperti yang telah terjadi setiap akan menyambut ajang pemilu, suhu politik menjadi kian memanas meski terkadang dingin lantaran tidak ada hal menarik untuk di perbincangkan, Panasnya suhu politik muncul berupa ujaran kebencian hingga berita bohong (hoax) yang terus digulirkan untuk menjatuhkan lawan, apakah hal tersebut adalah budaya kita atau baru menjadi budaya di tanah air kita.

Ada yang katanya calon presidennya suka nonton film dewasa (blue film). Ada yang katanya calon presidennya terlibat dalam aksi penculikan aktivis.
Ada yang katanya calon presidennya jualan ayat dan mayat, bahkan selalu kelebihan bayar.
Terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut, ada baiknya kita menyikapinya dengan baik.

Jika benar presiden terpilih adalah orang yang suka nonton blue film, penulis yakin dari jutaan penduduk Indonesia banyak yang pernah nonton atau bahkan mengkoleksi film-film tersebut, dengan kata lain hal tersebut sebenarnya bukan hal yang tabu, lantas bagaimana jika yang kemudian dicalonkan sebagai presiden maupun wakil presiden adalah mantan Menkominfo yang tugasnya adalah memblokir situs blue film?

Jika benar presiden terpilih adalah orang yang terlibat dalam kasus penculikan aktivis yang menyuarakan keadilan, bagaimana nasib para aktivis akankah punya peluang untuk bersuara atau hilang lenyap entah dimana rimbanya?

Jika benar presiden terpilih adalah orang yang jualan ayat dan mayat bagaimana nasib mereka yang enggan beribadah, bagaimana pula nasib mereka yang berbeda agama? Belum lagi kelebihan bayar, bisa dipastikan negara ini akan merugi. Bagaimana tidak; saat bayar hutang kenegara tetangga berlebih bayarnya, saat kegiatan negara berlebih bayarnya, jika pemerintah pusat menganggap kelebihan bayar adalah hal yang wajar, bisa dipastikan pemerintahan daerah, kecamatan, bahkan ditingkat desa kelebihan bayar pasti terjadi dengan dalih wajar kita orang desa tidak mengenyam pendidikan tinggi, mereka yang berada di pusat orang-orang hebat dan berpendidikan tinggi pun masih salah hitung sehingga kelebihan bayar. Tidak butuh waktu lama negara bisa di jual karena mengalami kerugian.

Menjadi presiden sama halnya menjadi pemimpin yang akan diteladani oleh rakyat. Presiden suka nonton film dewasa, maka moralitas akan hancur, meski tanpa diajari pun rakyat sudah banyak yang pandai dalam mengakses situs dewasa, dalam hal ini berarti presiden tidak memberikan sumbangsing terhadap kebobrokan moral. Presiden suka main culik, bisa jadi pejabat lain ikut menjadi penculik agar rahasia korupsi yang dilakukan tidak terbongkar. Presiden suka kelebihan bayar siap-siap negara di jual karena kehabisan uang untuk bayar hutang.

Segala berita yang muncul sebenarnya bisa dicek kebenarannya lewat aplikasi besutan Menkominfo yang diberi nama “Getar Media” yang dapat di unduh di HP android. Selain itu banyak jejak digital yang mudah diakses untuk melikat karya dan rekam jejak para calon pemimpin.

Akhir kata tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tapi kita bisa memilih pemimpin yang memanusiakan manusia.

Suyadi

Fakta Museum kelahiran Bung Hatta

Previous article

Tujuh Terdakwa Korupsi Pembangunan Rsud Pasaman Barat Divonis Penjara, Jaksa Nyatakan Banding

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini