Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Bagaimana tidak, berbagai suku, agama, ras dan bahasa hidup berdampingan didalamnya. Ibaratkan sebuah rumah, masyarakat Indonesia
diikat dalam bingkai pancasila dengan semboyan bhineka tunggal ika yang memiliki makna “Walau Berbeda Namun Tetap Satu Indonesia”.

Tidak mudah menjadi Indonesia. Sebuah bangsa yang berdiri dan merdeka atas dasar
semangat nasionalisme melawan penjajahan di Negara sendiri. Tanpa kesadaran dan persatuan, nama Indonesia mungkin tidak akan ada kita dengar saat ini. Indonesia mungkin akan ada dan terus ada jika falsafah Negara pancasila masih bersemayam dilubuk hati masyarakat Indonesia. Indonesia berdiri menjadi sebuah Negara bukanlah atas perjuangan satu kelompok, suku,ras atau agama. Indonesia berdiri menjadi bangsa yang kokoh yang sudah berumur 75 tahun ini merupakan hasil dari rasa senasib dan sepenanggungan. Indonesia adalah Negara yang dikagumi keberagamannya oleh masyarakat dunia. Bagaimana tidak, 1.340 suku, 2.500 bahasa dan 6 agama hidup berdampingan di dalamnya. Bahkan Negara peserta KTT Asia Afrika menjadikan indonesia sebagai rujukan untuk mengelola keberagaman suku, agama, ras dan golongan.Kendati demikian, Indonesia terus mengalami tantangan-tantangan keberagaman. Isu-isu perpecahan menjadi perhatian khusus bangsa Indonesia.

Tentu saja sebagai bangsa yang besar kita harus tau sejarah bangsa kita sendiri. Dengan begitu kita juga memiliki pedoman dalam menghadapi gesekan-gesekan keberagaman di Indonesia ini. Bahkan gesekan perpecahan ini sebenarnya sudah ada sejak Indonesia merdeka dulu. Pada masa kemerdekaan misalnya persoalan besar saat itu membahas tentang landasan bernegara atau ideologi yang sesuai dengan Indonesia. Tidak mudah mengambil jalan tengah pada saat itu. Perdebatan terus terjadi, di suatu sisi ada kelompok yang menginginkan syariat islam untuk ideologi bernegara namun disisi lain ditentang karena Indonesia bagian timur tidak menyepakatinya karena bukan beragama muslim. Dan pada akhirnya para tokoh pendiri bangsa yang berasal dari berbagai macam agama, suku, ras dan daerah pada saat itu akhirnya memutuskan untuk memilih pancasila sebagai ideologi dan landasan bernegara yang tidak mencantumkan syariat agama tertentu namun untuk semua lintas golongan di wilayah Indonesia.

Selanjutnya pada zaman orde baru hingga era reformasi Indonesia juga terus mengalami gesekan-gesekan perpecahan yang bernuansa kelompok masyarakat, golongan, suku dan agama, terutama pada masa pemilu. Mulai dari pemilihan RT sampai pemilihan presiden, isu SARA masih sangat rentan terjadi di tengah masyarakat. Sebagai salah satu contoh pilpres 2019 lalu telah melahirkan stigma, perpecahan masyarakat hingga pembenturan agama ke dalam politik. Para elit lebih fokus pada menang-kalah pemilu daripada menjaga keberagaman umat beragama, berbangsa dan bernegara.

Lalu bagaimana dengan saat ini? Apakah Indonesia semakin baik atau semakin buruk dalam hidup bertoleransi di tengah keberagaman? Atau apakah seperti yang dikatakan pengamat LIPI (lembaga ilmu pengetahuan Indonesia), siti zuhro bahwa Indonesia saat ini di ambang perpecahan? Tidak usah jauh-jauh kita melihat kasus-kasus di seluruh wilayah Indonesia. Coba kita lihat di lingkungan sekitar kita. Apakah kita sudah hidup berdampingan dengan berpedoman bhineka tunggal ika? Satu susah semua merasakannya, satu sakit semua mengobatinya, satu jatuh semua membangunkannya atau dengan tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup menjadikan kita sebagai manusia egois yang mementingkan diri kita sendiri? Tidak peduli dengan lingkungan sekitar karena tidak membawa keuntungan bagi kita secara materil, begitukah kita hidup bernegara saat ini? Barangkali pertanyaan-pertanyaan ini bukan untuk dijawab, tapi cukup kita refleksi pada diri kita masing-masing bagaimana rasa syukur kita kepada Tuhan yang maha esa yang telah memberikan kita kesempatan hidup di Negara yang beragam namun sangat majemuk ini. Di zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan era digital ini membuat semua informasi semakin mudah dan cepat menyebar. Tidak jarang kita temukan saat ini media sosial digunakan oleh beberapa oknum untuk menebar kebencian, SARA, bahkan konflik golongan yang mengancam persatuan sebagai bangsa. Tentu sebagian orang akan memilih merawat kerukunan dan keberagaman daripada membuat perpecahan, kita saat ini hanya di hadapkan oleh dua pilihan mau menjadi bagian dari yang merawat keberagaman di Indonesia atau yang menjadi faktor pendukung perpecahan dalam berbangsa. Kita mungkin tidak bisa mengontrol apa saja informasi yang beredar di tengah masyarakat, namun kita selalu bisa mengontrol diri kita peran apa yang akan kita lakukan untuk bangsa ini.

Ditulis oleh : Roni Chandra

product-image

Abyan Adam

Mederasi Beragama di Sumatra Barat

Previous article

TOLERANSI UNTUK KEBHINEKAAN

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi