Oleh: Diko

“Living life as an adult is the hardest job in the world” saya sering membaca kata-kata bermakna serupa di banyak platform sosial media; Instagram, Tik-Tok, Twitter, ataupun Youtube. Hmmm, kebayangkan betapa beratnya kehidupan manusia dewasa? Sampe-sampe bangun di pagi hari dan bisa survive di hari itu adalah suatu hal yang luar biasa. Sebagai seorang yang sedang menjalani proses yang sama, saya memvalidasi perasaan dan pernyataan tersebut. Lantas, apa yang membuat kehidupan orang dewasa terlihat menakutkan?

1. You have your own responsibility
Maksudnya apa? Bukannya dari dulu kita juga udah diajarin tanggung jawab? Kan dari dulu juga sudah punya tanggung jawab. Hmm, what I mean is, tanggung jawab kamu yang sekarang ini benar-benar menjadi tanggung jawabmu. Kamu tidak bisa lagi berlindung atau berkilah di balik kedua orang tuamu. Kalau kamu lalai terhadap tanggung jawabmu, secara kontan kamu akan menerima dampaknya. Kamu sudah harus bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri, bahkan kamu juga punya tanggung jawab kepada keluargamu. Biggest challengenya apa? Secara finansial kamu harus tanggung jawabi dirimu sendiri. Menopang gaya hidupmu, kebutuhanmu, serta membantu orang terdekatmu adalah sekian dari banyaknya tanggung jawabmu sebagai orang dewasa, dan terkadang itu yang bisa bikin kamu burn out. Apalagi untuk fresh graduate ataupun pencari kerja yang berjuang tiap hari agar bisa mandiri, pastinya ini menjadi saat-saat yang cukup berat dan rawan bagi mereka

2. Kamu Ga Bisa Seenaknya
Di fase ini terasa lebih rumit lagi. Kalua dulu di masa remaja atau mahasiswa, ya, kita bebas-bebas aja mau ngelakuin atau memutuskan sesuatu, tapi pas menginjak usia dewasa kita mulai sadar, bahwa setiap aksi yang kita pilih berpengaruh pada banyak hal, terutama terhadap orang tua. Milih kerjaanpun dipertimbangkan dari segala sisi, kadang ada orang tua yang tidak ingin pisah dari anaknya atau beda provinsi dengan anaknya. Ini bikin dilema sekali. Ga semudah memutuskan hal-hal di kala remaja dulu. Walau gaji yang ditawarkan besar, namun jika orang tua keberatan pasti ini akan membuat kamu galau total. Not easy right? Pun nantinya kamu diizinkan merantau atau kerja dengan jarak yang jauh, tetap saja kamu tidak bisa berbuat seenakmu, bahkan untuk sekadar mengeluh kerjaan yang begitu melelahkan atau rindu masakan ibu, karena kamu takut mereka justru jadi kepikiran olehmu. Alih-alih menceritakan betapa rumitnya hidupmu di perantauan, kamu justru menceritakan manis gurihnya hidupmu disana.
Itu baru dari satu sisi saja, belum lagi masalah pasangan, lingkungan yang toxic dan sebagainya. Saya yakin banyak sekali orang dewasa yang rentan dan tertekan secara emosional. Tapi, one thing yang selalu yakini nothing stays forever, masalah-capek-bahagia-tawa semuanya saling bergantian. Momen paling rapuh dan berat di hidup, bisa saja jadi momen yang paling terbaik. Setiap pengalaman, kegagalan, suka dan duka yang kita rasakan membentuk diri kita sekarang, diri kita yang jauh lebih kuat, dan semakin kuat setiap harinya.

Suyadi

There is Always a First Thing to Everything

Previous article

The Power of Keep Going

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini