Membahas perihal toleransi adalah pembahasan yang tiada ujungnya, selalu saja ada kisah-kisah menarik diluar sana yang sering kali membuat kita terkesima. Bukan hanya dari sisi positifnya saja, nilai toleransi juga sering disalah artikan dan menjadi perihal yang sangat sensitif. Sebagai mahkluk sosial tentunya kita hidup berdampingan dengan macam perbedaan, hanya saja sikap dan kedewasaanlah yang membuat cara pandang terhadap suatu nilai yang akan membuat toleransi itu tumbuh dan bisa dengan mudah diterima.

Indonesia yang dikenal dengan banyak perbedaan didalamnya, hal ini sering kali menjadi pusat bagi oknum-oknum jahat dalam memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa. Banyaknya budaya, agama dan suku bangsa yang ada di sini membuat mereka iri dengan keharmonisasian yang terbentuk dalam kebhinekaannya. Hal demikianlah yang membuat mereka diluar sana selalu mengulik-ngulik perbedaan yang ada, dan disanalah mulainya pertikaian.

Dalam menyikapi perbedaan yang ada, sangat dibutuhkan cara pandang dan kedewasaan dalam menyikapinya. Cara pandang seseorang dalam menanggapi sesuatu tentunya berbeda-beda, salah satu penulis terkenal dari Amerika yaitu Helen Keller pernah berkata “the highest result of education is tolerance”, hasil tertinggi dari pendidikan adalah menerima perbedaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin banyak pula ilmu yang telah didapatinya, begitu juga dengan semakin jauh perjalanan dan perjuangan sesorang maka semakin banyak juga hal-hal yang telah terlewati.

Beberapa hari yang lalu Indonesia baru saja menorehkan prestasinya dimata dunia, terkhusus olahraga cabang bulutangkis. Dimana Greysia Polii dan Apriani Rahayu sebagai ganda putri Indonesia pertama yang merebut emas di Olimpiade Tokyo 2020. Selain berhasil mencuri perhatian masyarakat Indonesia karena pretasinya, ada hal lain yang tentunya membuat masyarakat Indonesia dibuat terkesima oleh keduanya. Hal itu adalah toleransi yang ada pada mereka, Greysia yang beragama Kristen, Apriani yang beragama Islam dan sang pelatih Eng Hian diketahui beragama Buddha.

Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok @yudasuparsana menunjukkan bahwa ketiganya adalah bukti dari hasil toleransi yang ada di negeri ini. Perbedaan yang ada apabila diterima dan bersatu dalam membangun bangsa akan menghasilkan kejayaan bagi Indonesia. Pasangan atlit ganda putri dan pelatihnya ini dapat dijadikan contoh sekaligus pedoman dalam hidup berdampingan di negeri ini. Bukan lagi membawa perbedaan yang ada pada ketiganya, melainkan menyamaratakan perbedaan dengan sikap saling menghargai dan mewujudkan cita-cita bersama yakni mengharumkan nama bangsa.

Bukti dari hasil sebuah toleransi adalah prestasi merupakan aplikasi sikap yang membawa keduanya pada kejuaraan dunia. Sikap saling menghargai satu sama lain tentunya telah menjadi dasar bagi ketiganya dalam menyikapi perbedaan. Kembali lagi dilihat dalam video viral yang diunggah oleh akun @shavalens dimana menunjukkan Greysia dan Apriani sedang berdoa menurut keyakinan masing-masing dibelakang lapangan sebelum pertandingan dimulai. Keduanya tampak khusyu bersebelahan dimana Apriyani menadahkan tangannya keatas dalam berdoa sembari menutup kedua matanya dan disebelahnya Greysia tampak berdoa dengan mengepalkan kedua tangannya sembari menutup kedua matanya.

Sungguh indah perbedaan yang terlihat dari keduanya, selain dikenal dengan atlit yang berprestasi keduanya juga menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia dalam membangun dan menciptakan keharmonisan diatas perbedaan.

Husnul Hayati
Writing is a place for growing up.

    Langkah Ginting Terhenti di Semifinal Olimpiade Tokyo 2020. Indonesia Tetap Bangga

    Previous article

    ISLAM AGAMA HANIF

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Konten Viral