Setiap manusia di lahirkan di lingkungan dan budaya yang berbeda-beda, lingkungan sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku seorang anak. Lingkungan terkecil adalah keluarga, setiap keluarga memiliki budaya yang di wariskan pada setiap generasinya, hal ini yang membedakan setiap keluarga memiliki aturan yang berbeda-beda. Keluarga adalah lingkungan terkecil, keluarga tempat belajar pertama anak. Anak akan belajar melalu modelling atau peniruan dari orang di sekitatarnya terutama keluarga. Setelah keluarga lingkungan terdekat anak adalah sekolah, dimana Sebagian waktu anak dihabiskan untuk berinteraksi dengan guru dan teman-temanya. Selain itu anak juga berinteraksi dengan Masyarakat di sekitarnya.

Dalam pembentukan perilaku anak yang di pengaruhi oleh orang-orang yang berinteraksi dengan anak, cara orang dewasa yang memperlakukan anak sangat mempengaruhi perilaku anak. Sehingga Ketika lingkungan di sekitar anak tidak sehat atau toxic maka akan sangat mempengaruhi perilaku anak, sebagai contoh Ketika anak berada di lingkungan yang sering mempertunjukan kekerasa atau anak yang terpapar dengan lingkungan yang sering melakukan kekerasan maka anak akan  mengangap bahwa kekerasan adalah sesuatu yang wajar dan tidak jarang anak akan menurukannya Ketika anak berinteraksi dengan teman sebayanya.

            Lingkungan sekolah yang merupan lingkungan anak sangat rentan terjadi buling, yang beberapa kasus viral di media tentang pembulian anak terhadap temanya. Buliying bukan sebuah fenomena yang baru, namun kasusnya terus terjadi dan meningkat, akar dari buling memang belum bisa di tentukan, bahkan banyak factor yang menyebabkan anak dapat melakukan tidandakan buliying, biasanya tindakan buliying terjadi pada sekolompok anak yang mengalami kuasa terhadap anak yang di angap lemah atau bisa di katakana tidak berdaya. Sebenarnya apa sih penyebab seseorang bisa menjadi pelaku buliying salah satunya adalah seseorang yang mengalami tekanan. Jadi perilaku buling sudah seperti lingkaran setan di mana terjadi interaksi saling menekan, yang lebih kuasa menekan yang lebih lemah. Ini sering terjadi di lingkungan bahkan di sekolah, dimana kepala sekolah yang menekan para guru atau bawahanya dan bawahanyaatau guru melampiaskan atau mencerminkan ke murid atau bawahanya. Ini sering tering terjadi tamp akita sadari Ketika kita mengalimi perilaku negative kita akan melampiaskannya ke orang yang kita angap lebih lemah dari kita.

            Di budaya indonesia sendiri sangat jarang kita menerima atau menengar afirmasi positif atau saling memuji menerima dan menghargai sesame kita, yang sering terjadi di lingkungan kita adalah kata-kata kritikan, hukuman. Tampa di ajarin bagaimana cara melakukan tindakan yang lebih baik. Budaya kita memang sangat jarang untuk memberikan apresiasi untuk hal-hal kecil yang di lakukan setiap individu, hal ini yang terpapar pada anak-anak baik di lingkungan rumah maupun di Pendidikan. Sehingga anak jarang melihat dirinya untuk mengapresiasi dan menghargai dirinya sendiri anak lebih cenderung mengeritik dirinya karna hal itu yang di dapat dari lingkunganya. Bahkan budaya kita juga memiliki kebiasaan memandang emosi sebagai hal yang negatif, padahal semua emosi baik dan harus di ekspresikan, namun hal ini yang tidak di berikan pada anak. Sehingga anak tidak dapat belajar cara mengespresikan emosi yang baik. Bahkan banyak anak mengespresikan emosi pada hal-hal negatif dan melukai teman sebayanya.

            Alat-alat eletronik sudah bagian dari kehidupan kita, dan anak- anak tidak asik lagi dengan TV, HP, game, banyak anak-anak juga menghabiskan waktunya di depan layer hp dan tv tampa ada pengawasan dari orangtua. Media sosial menyajikan sangat banyak konten dari hal positif sampai negatif. Dan seringkali yang mencuri perhatian anak-anak adalah tontonan yang mengambarkan kekerasan mengambarkan agresi, bahkan game hp yang sering di mainakn anak banyak mengandung kekerasan hal ini yang sering di tirukan anak dengan teman sebanyanya, dan untuk pengunaan bahasanya sangat tidak mendidik dimana Bahasa yang sering digunakan di game kasar.

            Mengenai kasus buliying atau kekrasan memang sangat sulit untuk di tangani dan banyak factor yang menjadi penyebabkan hal ini terjadi , namun hal yang paling mudah untuk dapat kita lakukan memulai dari diri sendiri yang lebih banyak mengapresiasi diri dan orang sekitar untuk hal-hal kecil yang sudah di lakukan, menerima setiap pribadi individu menghargai setiap kelebihan dan kekuranganya dan melepaskan diri dari lingkaran yang saling menekan orang yang lebih lemah dari kita, Ketika kita mampu menerima menghargai setiap individu yang ada di sekitar kita maka individu yang ada di sekitar kita akan terpapar hal positif dan akan menerapkan pada dirinya.

Penulis : Monica Rumapea

dutadamaisumbar

USIA BUKAN PERTIMBANGAN DALAM BERI KEWENANGAN menurut Prabowo Subianto

Previous article

15 ESSENTIAL ENGLISH SYNONYM PART 8

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini