Oleh: Rahayu Yun Putri
Hai, Laut. Apa kabar? Masihkah kau marah dengan kami para manusia ini?
Hai, Laut. Bagaimana? Apakah tak ingin kau memuntahkan sebuah benda yang diharapkan oleh jutaan manusia untuk keluar dari dasar engkau?
Ayolah, Laut.
Ratapan tangis dalam diam masih saja terngiang dalam gelapnya malam. Ketika beberapa manusia mengharapkan benda tersebut keluar dari dasar engkau. Berharap, ada secercah harapan datang ketika manusia memohon dengan ikhlas.
Ada rintihan dari mereka yang ditinggal oleh sang terkasih. Ada orang tua yang menangisi anaknya pergi, dan ada seorang istri yang berharap nahkodanya kembali.
Naggala 402. Kapal selam yang membawa 53 awak. Telah kautelan dalam sadarmu.
Apakah kau marah lagi, wahai Laut? Jangan! Kumohon jangan. Bantu kami para manusia tak tahu diri ini untuk melihat wajah-wajah mereka yang di sana. Jangan ambil dia! Jangan simpan dia! Jangan sembunyikan dia.
Mohon aku, Laut. Berikan keberkahanmu pada kami agar bisa bertemu dengan mereka kembali.
Mereka telah tenggelam dalam nyata, sepertinya. Mereka masih tenggelam dengan doa yang masih saja terucap setiap jamnya. Mohon aku, perlihatkan keajaibanmu, Laut.
Ina, 24 April 2021
Comments