Rendang menjadi salah satu makanan terenak didunia, di tahun 2021 rendang menempati posisi ke-2 makanan terenak didunia versi Holidify. website India yang berfokus pada perencanaan traveling ke seluruh dunia ini menempatkan rendang di bawah sushi.

Baru-baru ini mencuatlah nama “RENDANG BABI” di media sosial Indonesia. Yang mengundang para politikus di negeri ini untuk mengomentarinya di media massa atau di media sosial. Rendang Babi seolah-olah menjadi Komoditi tersendiri bagi para politikus tersebut untuk menaikkan nama mereka di kancah politik Indonesia.

Memberikan branding kepada restoran yang menjual makanan Minang haruslah “halal”. Dengan bersikukuh bahwa masakan Minang itu semuanya halal. Sontak pemberitaan rendang Babi menjadi isu nasional walaupun pada akhirnya restoran yang disebut menjual rendang Babi tersebut sudah tutup di tahun 2020. Tetap saja rendang Babi menjadi isu yang menarik untuk di angkatan oleh politikus Negari ini untuk menjaga popularitas mereka tetap ada di tengah masyarakat.

Di sisi lain isu rendang Babi makin mencuatkan bahwa sumatera barat dalam hal ini Minangkabau sebagai sebuah kebudayaan yang ekslusif kepada kebudayaan lainnya di dunia. Padahal banyak hasil kebudayaan Minangkabau yang sifatnya inklusif. Contoh yang paling nyata adalah terdapatnya baju “Guntiang Cino” dan “Kain Bugih” sebagai sebuah hasil kebudayaan Minangkabau yang inklusif pada waktu lampau.

Varian rendang babi adalah hal tak terelakkan dari proses berkebudayaan di dunia yang terdiri dari banyak benua dan samudra ini. Justru, penamaan “1rendang babi” adalah sebuah sikap rendah hati untuk mengakui bahwa mereka mengambil cara memasaknya dari kebudayaan Minang namun dengan bahan daging yang mereka sesuaikan dengan kebutuhan komunitas mereka sendiri. Sekali lagi, disesuaikan dengan kebutuhan komunitas mereka sendiri dan bukan sebagai pemaksaan untuk mengganti daging sapi atau kerbau dengan daging babi.

Betapa mudah masyarakat dihasut menggunakan isu identitas. Untuk menghindarinya, tak ada cara lain selain merenovasi terus-menerus cara kita memaknai identitas budaya. Perkembangan kebudayaan-kebudayaan di dunia ini akan selalu dengan cara saling meminjam satu sama lain. Itu sebabnya identitas selalu bersifat cair, tak stabil, dan mustahil dibekukan. Mengurung diri dalam etalase, atau apa pun itu namanya, hanyalah untuk kebudayaan yang gemar jalan di tempat.

Bila masih bersikukuh pada kehendak untuk menjadi asli, maka seseorang yang menyantap rendang babi sambil memakai baju koko bisa saja menjadi pemantik yang tepat untuk menciptakan dunia yang luluh lantak.

Bersitegang soal keaslian identitas adalah cara cepat untuk saling menghancurkan dan bukan hal baru bahwa tindakan saling serang perkara identitas adalah mesin-mesin politik-ekonomi yang dirancang sedemikian rupa oleh pihak tertentu.

Sekali lagi jangan mau termakan isu-isu yang berkaitan dengan Ras, Suku dan Budaya. Karena di tengah masyarakat yang majemuk para politikus kotor akan selalu memakan isu SARA sebagai alat untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas mereka. Dan bisa dipastikan mereka adalah politisi busuk di Negari ini. Jangan sampai karena hanya mendengarkan politisi kotor tersebut rendang menjadi turun pamor hanya karena politik identitas ini.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Arti Copywriting Di Zaman Sosial Media

    Previous article

    Makna Menyembelih Saat Idul Adha Bagi Umat Muslim

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi