Dua minggu sudah umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Sebagai umat Muslim tentu puasa ramadhan merupakan rukun Islam yang wajib untuk dilaksanakan sebagai bentuk ibadah kepada Sang Rabbi. Tiada alasan untuk tidak melaksanakan puasa dibulan ramadhan ini bagi umat Islam yang sudah berstatus baliq, kecuali ada unsur-unsur syar’I yang membolehkan umat Islam tidak berpuasa di bulan ramadhan ini. Meskipun begitu, puasa yang ditinggalkan dibulan ramadhan oleh umat Muslim, tentu harus diganti dilain waktu sesuai jumlah yang kita tinggalkan.


Puasa ramadhan merupakan ibadah yang sangat istimewa yang memiliki berbagai keutamaan-keutamaan yang disediakan Allah untuk hamba-Nya yang menjalankan ibadah puasa. Banyak hikmah yang terkandung di dalam bulan ramadhan ini bagi umat Muslim secara khusus sebagai umat yang menjalankan ibadah puasa ramadhan ini sebagai bentuk rukun Islam itu sendiri. Allah menjanjikan berbagai berkah, pahala, serta berbagai hikmah-hikmah lainnya untuk setiap umat Islam yang menjalankannya, yang tak hanya untuk individu, melainkan juga untuk sosial. Ibadah puasa tak hanya untuk membentuk seseorang menjadi shaleh secara individu, melainkan juga untuk mengajarkan kita untuk lebih peduli dengan lingkungan, sesama, bahkan kepada seluruh makhluk tuhan, yang terbentuk dalam kesehalehan sosial.


Ibadah puasa mampu mengajarkan kita dan mendidik kita untuk semangat dalam peningkatan moral baik sesama manusia. Ibadah puasa mencegah kita dari hal-hal yang tidak baik, sehingga dalam hal ini ibadah puasa mampu membentuk diri kita shaleh secara individu yang menjadi basis kita menjadi manusia yang baik dengan Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, ibadah puasa juga mampu mendidik akhlak kita untuk mengembangkan dan memotivasi serta dukungan kepada hal-hal yang baik di jalan Tuhan serta meningkatkan kepedulian dan keselamatan kepada manusia lainnya.

Sehingga hal demikian ini mampu menjadi bekal kita untuk memupuk kepeduliaan sosial kita kepada orang lain yang muaranya nanti akan membentuk kesholehan sosial.
Aspek sosial dalam menjalankan ibadah puasa sangat erat sekali kaitannya dengan keimanan kita sebagai seorang manusia yang memiliki agama, yang saling mengasihi akan sesama makhluk Tuhan. Karna keshalehan individu juga tak akan bermakna jika kita tak mengimbanginya dengan keshalehan sosial kita.


Ibadah puasa tak hanya mengajarkan kita untuk menahan lapar, haus, serta dahaga saja, melainkan ini juga harus menjadi sebuah latihan untuk diri kita agar mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak baik yang berpusat di perut. Sehingga ini juga menjadi sarana kita untuk lebih peduli dengan lingkungan, tetangga, ataupun orang-orang miskin yang mungkin selama ini susah mendapatkan makan seperti yang selama ini kita nikmati. Karna orang yang tak pernah merasakan kekurangan dan kelaparan tidak akan pernah mengerti dan empati kepada orang lain, sehingga puasa juga menjadi salah satu bentuk yang mengajarkan kita bahwa sikap empati itu penting kepada sesama yang mungkin saja tak seberuntung kita, yang selama ini bisa makan enak dan berkecukupan.


Rasulullah SAW pernah ditawarkan oleh Malaikat Jibril kekayaan yang berlimpah (bukit emas), namun beliau menolaknya seraya berkata, “biarlah aku kenyang sehari dan lapar sehari”. Yang artinya ini menunjukkan kepada kita agar kita mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain di luar sana. Kekayaan yang kita miliki takkan menyelamatkan kita di akhirat kelak, jika kita tak mampu saling berempati sesama orang lain yang membutuhkannya. Sehingga istilah lapar ini tak hanya lapar dalam biologis yang dalam artian lapar dari makan dan haus ataupun yang berhubungan dengan perut saja, melainkan juga lapar dalam artian psikologis, yaitu lapar dan haus akan kekuasaan, kehormatan, kedudukan, serta lainnya yang tidak akan pernah kenyang walaupun sudah dipenuhi.


Bulan puasa juga diperintahkan oleh Allah kepada kita untuk meningkatkan berbagai kegiatan-kegiatan positif yang bernilai ibadah. Bahkan Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda kepada siapa saja yang berbuat baik di bulan ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Begitu dahsyatnya bulan ramadhan dan keutamaannya, sehingga dipenghujung ramadhan kita juga diwajibkan mengeluarkan zakat dan diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Artinya bulan ramadhan tak hanya berlomba-lomba untuk lebih dekat kepada Allah secara individu, melainkan juga secara sosial. Menjadikan ramadhan bulan penuh rahmat dan peningkatan kepedulian kita kepada semua makhluk Tuhan. Ayo kita jadikan ramadhan ini sebagai momentum merajut kasih kepada sesama manusia atas nama kemanusiaan.

Nuraini Zainal

Menyemai Toleransi di Masa Pandemi

Previous article

KERJA DIRANTAU ORANG

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini