Menjadi sebuah Negara yang dinobatkan sebagai wilayah dengan pulau terbesar kedua dan ketiga di dunia membuat Indonesia memiliki keanekaragaman dari segi flora, fauna, suku, ras, adat dan budaya serta agama. Dalam kaca mata dunia Negara Indonesia disebut sebagai negara dengan toleransi tertinggi dalam menyikapi keberagaman tersebut. Dengan lebih dari 300 suku dan 742 bahasa lokal, hal ini tentu menjadi sebuah warna yang harus disikapi dengan rasa persatuan dan kesatuan.

Berbicara tentang rasa persatuan dan kesatuan tak lepas dari paradigma masyarakat mengenai “Pengenalan Jati Diri Bangsa Indonesia” yang sering kita sebut sebagai Nusantara. Nusantara tak serta merta begitu saja didapat sebagai sebuah kata yang menggambarkan Indonesia, melainkan replika dari makna keberagaman itu sendiri. Arti kata Nusantara dapat memiliki dua makna yakni luas dan juga bisa konotatif sempit bagi pemikir ekstrimatisme terhadap perbedaan. Untuk menyisihkan narasi-narasi paham ideologi apatis terhadap keberagaman, maka sebagai generasi muda bangsa Indonesia kita perlu mengenal identitas diri sendiri, lingkungan masyarakat, dan paling utama adalah negara kita. Identitas juga disebut sebagai jati diri dan ini yang menjadi cikal-bakal dari pemahaman melalui Wawasan Kebangsaan.

Awamnya pengetahuan masyarakat terhadap wawasan kebangsaan terkadang memicu beberapa elit kelompok yang menggiring opini perpecahan untuk mendoktrinisasi pemikiran pemikiran masyarakat menjadi apatis dan radikal terhadap beberapa pandangan beda tertentu. Hal ini tentu saja dapat memutus tali persatuan bangsa Indonesia, sehingga diperlukan cara yang cerdas dan modernisasi pemikiran masyarakat agar dapat menangkal pemikiran yang sempit dan sinis terhadap “keberagaman”. Menjadi generasi muda bangsa yang melek informasi dan teknologi kita dapat mencegah narasi-narasi yang dapat memecah belah bangsa Indonesia, melalui pengenalan kebudayaan, suku, bahasa, agama, dan ras.

Memperluas wawasan dan mempertajam semangat joeang untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didasari Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. Mencari makna ideologi menyebarkan pesan perdamaian adalah tugas utama kita sebagai genarasi muda, menjaga bangsa dan membela negara adalah kewajiban namun menyatukan pemikiran-pemikiran untuk memaknai perbedaan harus disadarkan oleh diri sendiri, dan mengenal sejauh mana kita telah memiliki wawasan kebangsaan itu sendiri.

Problematika yang sering terjadi untuk mewujudkan perihal kesatuan dan bela negara adalah pemahaman masyarakat yang cenderung dapat berubah-ubah tergantung dari apa yang mereka terima. Banyaknya isu-isu terorisme menyangkutpautkan kata “mayoritas” terhadap “minoritas” telah menjadi jarak yang membentangi negara kita saat ini. Informasi yang sengaja memunculkan kekerasan, penindasan, diskriminatif, dan egosentris terhadap penganut agama, suku, dan ras tertentu membuat masyarakat awam mudah terbawa perasaan. Hal inilah menjadi dasar dari kata radikalisme yang sedang fenomenal.

Untuk itu kita perlu melakukan pembaharuan pemahaman terhadap wawasan kebangsaan menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan. Menepis pertanyaan-pertanyaan diskriminatif lewat sosial media adalah cara yang juga efektif untuk meningkatkan kembali toleransi terhadap perbedaan, dan rasa persatuan Indonesia.

Pertanyaanya adalah apakah kita mampu memperjuangkan dan menyuarakan keberagaman sebagai warna kehidupan dan ciri khas bangsa Indonesia? Bisakah kita menyatukan dan mempererat kembali tali toleransi yang hampir saja putus melalui pesan perdamaian dan perluasan wawasan kebangsaan? Semua pertanyaan tersebut bisa terampungkan jika di dalam diri kita memiliki semangat persatuan dan kesatuan untuk NKRI. Karena, kita muda, kita bisa dan kita adalah Indonesia.

Ditulis oleh : Fadhillah Sri Wahyuni

product-image

Abyan Adam

MILLENNIALS DAN SUMPAH PEMUDA

Previous article

Ekspresikan Nasionalisme dengan Anti Hoaks dan Ujaran Kebencian

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi