“Piye kabare bro? Isih penak zamanku to?” yang jika di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berbunyi “Gimana kabarnya sahabat? Masih enak zamanku kan?” Gambar poster Presiden RI kedua dengan kata-kata tersebut banyak beredar di Google dan berseliweran di pesan chat. Ya, Bapak Soeharto yang pernah menjabat sebagai Presiden RI dari tahun 1967 hingga tahun 1998 tersebut tentunya banyak sumbangsih yang telah beliau berikan. Terutama pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia bagian barat, dan pusat pembangunan di Pulau Jawa.

Semasa beliau menjabat menjadi presiden tindak kejahatan di lingkungan masyarakat dapat di minimalisir, biaya pendidikan relatif murah, hingga sembilan bahan pokok makanan (sembako) terbilang cukup murah. Hal tersebut tentunya memberi dampak keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Terlepas dari berapa banyak hutang yang dimiliki oleh Negara Indonesia terhadap negara lain rakyat tidak pernah tahu, dan puncaknya pada tahun 1998 Negara Indonesia mengalami krisis keuangan dan saat itu telah jauh tempo pembayaran hutang terhadap luar negeri.

Menghadapi kenyataan bahwa ternyata Negara Indonesia sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja, hal tersebut memicu reaksi dari berbagai lapisan masyarakat hingga mahasiswa melakukan unjuk rasa (demo) secara besar-besaran untuk menyampaikan aspirasi rakyat Indonesia terhadap pemerintah, adapun tuntutan mahasiswa ditahun 1998 tersebut diantaranya;

  1. Adili Soeharto dan Kroni-kroninya
  2. Melaksanakan amandemen UUD 1945
  3. Hapuskan Dwifungsi ABRI
  4. Melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya
  5. Menegakkan supremasi hukum
  6. Menciptakan pemerintahan yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Karena tuntutan tersebut dari seluruh lapisan masyarakat yang di motori oleh mahasiswa dan terjadi di seluruh penjuru tanah air, maka tepat pada 21 Mei 1998 Bapak Soeharto resmi menyatakan diri mundur dari jabatannya.

Setelah lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, babak baru pemerintahan Negara Indonesia telah dimulai, dan babak ini dikenal dengan zaman orde reformasi. Meski demikian kondisi negara belum bisa stabil karena selain tunggakan hutang negara yang harus dibayar, juga banyaknya pekerjaan rumah di negara ini yang harus diperbaiki.

Orde Reformasi telah melahirkan pemimpin-pemimpin baru dari kaum cendikiawan muda yang juga pernah ikut serta dalam kegiatan demo 1998 yang di anggap pro rakyat, namun orasi tinggal orasi, sepertinya semua hanya untuk pencitraan diri. Mereka yang semula lantang meneriakkan kebenaran, keadilan, pemerintahan yang bersih, alih-alih malah mereka memperkaya diri dan menitipkan sanak saudara di berbagai posisi strategis pemerintahan hingga BUMN yang ada di negeri ini.

Reformasi dari Pemerintah BJ Habibie, Gusdur, Megawati, SBY, hingga Pemerintahan Jokowi, entah berapa kali aksi demonstrasi terjadi, entah berapa kali BBM naik, dan entah berapa banyak kaum cendikiawan muda yang berjanji memakmurkan negeri tersandung kasus korupsi hingga di bui, harapan rakyat untuk memiliki wakil-wakil rakyat yang jujur dan adil hanya tinggal mimpi.

Berkenaan dengan aksi demo 11 April 2022, penulis memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh mahasiswa yang berjuang untuk menegakkan keadilan, adapun tuntutan mahasiswa pada aksi kali ini diantaranya adalah;

  1. Menjaga konstitusi (tidak ada amandemen UUD 1945 terkait pemilu)
  2. Pelaksanaan Pemilu tahun 2024
  3. Masa jabatan presiden hanya dua periode
  4. Turunkan harga pangan

UUD 1945 dibuat oleh dan untuk Rakyat Indonesia, saat tahun 1998 mahasiswa meminta adanya amandemen, karena dinilai adanya poin-poin yang kurang pas dan hal tersebut di setujui oleh anggota DPR sehingga UUD 1945 mengalami beberapa kali amandemen. Jadi UUD 1945 akan di amandemen atau justru dikembalikan pada bentuk awal, adalah kesepakatan bersama Rakyat Indonesia dan dilaksanakan oleh DPR.

Pelaksanaan Pemilu yang seyogyanya jatuh pada bulan April (dengan asumsi pemilu 2019 dilakukan pada tanggal 17 April) telah di tetapkan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024, jelas hal tersebut beda dari rumor bahwa pemilu akan di mundurkan.

Penulis juga sepakat jika masa jabatan presiden hanya dua periode, hal ini memungkinkan terjadinya regenerasi kepemimpinan, dan siapa tahu presiden, menteri dan anggota dewan terpilih selanjutnya adalah para mahasiswa yang kini berorasi di jalan yang tengah menyuarakan kebenaran, keadilan, hingga kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penulis juga berpesan agar mencatat nama masing-masing mahasiswa tersebut, ketika kelak mereka terpilih sebagai presiden, menteri, dan anggota dewan untuk di ingatkan pada tujuan awal, jangan seperti para mahasiswa yang berdemo di tahun 1998 setelah menjadi pejabat, mereka banyak yang lupa diri.

Berkenaan dengan harga BBM semuanya tergantung pada kondisi harga pasar dunia, tetapi untuk harga sembako penulis berharap banyak kepada mahasiswa dari fakultas teknik industri, pertanian, dan kelautan, hendaknya jangan cuma ikut turun berorasi di jalan. Kami rakyat Indonesia menunggu hasil karya teman-teman mahasiswa untuk menciptakan alat canggih agar mudah membuat minyak goreng sendiri dengan satu butir kelapa bisa menghasilkan berliter minyak goreng, kami juga menuggu alat canggih untuk menciptakan pupuk sehingga kami para petani dapat menjual harga pangan dengan harga yang terjangkau karena kami tidak harus membeli pupuk yang mahal. Kami rakyat Indonesia juga menunggu hasil karya pembuatan alat canggih ramah lingkungan untuk memudahkan kami menangkap ikan yang bergizi tinggi, agar anak-anak kami menjadi cerdas dan tidak mudah dibodoh-bodohi.

Dan terakhir penulis juga yakin rakyat tidak ingin melihat 10 atau 20 tahun lagi ada gambar poster Jokowi dengan bertuliskan “Piye kabare bro….? Isih penak zamanku to….?”

Suyadi

Isu Malaysia Klaim Reog Ponorogo Sebagai Warisan UNESCO

Previous article

Menyampaikan Aspirasi atau Sekadar Cari Sensasi?

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini