Oleh: Yui

Memasuki tahun-tahun Pemilu, banyak hal yang terjadi dan terkadang tidak masuk di akal. Banyak calon yang berlomba-lomba mencari simpati atau mencari suara dari rakyat. Ada yang menggunakan politik ceria dan semangat, ada juga sebagian yang kebalikan dari dua sifat tersebut.

Pada tahun-tahun seperti ini, banyak sekali ucapan masyarakat yang sering dijumpai, bahkan hampir cenderung sama, “Saat mereka mencari suara, mereka berkata manis. Saat mereka sudah duduk di singgasana, mereka melupakan janji yang pernah diumbar.” Lantas, tentu tidak semua yang seperti itu, ada juga yang sudah menepati janji sehingga sudah terpilih dua kali, bahkan lebih.

Membahas pemilu, tentu tidak luput dari perasaan pribadi. Banyak masyarakat yang mengeluarkan pendapat mereka dan mengelu-elukan pasangan yang mereka pilih. Mereka bercerita mengenai kebaikan-kebaikan calon yang akan dipilih.

Sebenarnya, hal tersebut wajar dan sah-sah saja. Akan tetapi, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh pemilih untuk menjaga Pemilu berjalan aman, damai, dan nyaman.

Pertama, pemilih atau individu tidak boleh menyerang identitas sosial dari calon yang mereka benci, seperti menghina agama, ras, suku, bentuk tubuh, dan apa pun itu yang bersifat indivisul. Jika sudah dilakukan, tentu pemilih sudah menggunakan politik identias. Contoh kecil. Semisal calon berasal dari agama A. Nah, pemilih tidak menyukai calon dari agama A ini. Pemilih tidak diperkenankan untuk menghina, mencaci, bahkan memfitnah calon dari agama A ini.

Kedua, daripada mencari keburukan calon atau pasangan lain, lebih baik share keunggulan calon yang diusung. Selain menghemat waktu, tentu hal ini efektif agar orang lain yang tidak tahu dengan pasangan yang kalian pilih, bisa tahu.

Ketiga, hindari berdebat dengan pendukung pasangan calon lain. Sebenarnya, berdebat sah-sah saja karena bagian dari kesenangan. Akan tetapi, jika berdebat diiringi dengan ucapan-ucapan kasar, bahkan sampai menyumpahi orang lain, tentu tidak dibenarkan. Berdebat di sosial media, tidak akan mendapatkan kesenangan. Bagian paling tidak enak, tentu rekam jejak saat berdebat tidak bisa dihapus begitu saja. Akan menjadi bumerang di kemudian hari.

Keempat, jaga ketenangan, ketertiban, dan kesopanan. Bagian ini, seharusnya ditanamkan pada diri sendiri. Pesta demokrasi adalah pesta besar sekali dalam lima tahun. Masyarakat Indonesia setidaknya memilih pemimpin yang benar-benar bisa memimpin Indonesia. Kendati demikian, tidak ada pemimpin yang sempurna, dituntut serba bisa. Maka dari itu, menjaga ketenangan, ketertiban, dan kesopanan, adalah kunci utama dari pesta demokrasi ini.

Saat memilih, individu atau masyarakat harus memilih berdasarkan data-data atau rekam jejak yang sudah ada di pasangan masing-masing. Jangan hanya berlabelkan katanya-katanya, sedangkan di lapangan berbanding terbalik. Pilihlah pemimpin yang benar-benar dan berdasarkan hati nurani. Tentu pemilih tidak diperkenankan untuk mencela, apalagi menghina.

Indonesia, 05 Januari 2024

Yui
Penulis dan Pengarang

    2023 Berakhir, 2024 Dimulai : Menyambut Tahun Baru dengan Makna dan Sukacita Bersama Keluarga

    Previous article

    Pentingnya Hasil Survei Jelang Pemilu Tahun 2024

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi