Aksi Terorisme yang berujung pada tindakan berupa kekerasan pada dasarnya di sebut sebagai amaliyah oleh kelompok teroris. Ali Imron, seorang mantan teroris menyebutkan di indonesia hanya ada dua teroris yaitu teroris yang berailiasi dengan al-qaeda dan teroris yang berafiliasi dengan jaringan ISIS. Kesamaan dari dua afiliasi kelompok teroris tersebut adalah untuk mendirikan negara islam dan melaksanakan jihad fi Sabililah dan bagian-bagian dari jihad tersebut.

Ali Imron juga memberikan informasi bahwa ketika jangka panjang dari kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al-qaeda dan ISIS mendirikan negara islam maka ketika niat tersebut berbenturan dengan kekuasaan negara maka pemerintah harus dilawan dan untuk melawannya harus diciptakan ideologi secara masif. Ideologi yang diciptakan ini selalu di gaungkan dengan menggunakan narasi agama sehingga lebih mudah untuk mendapatkan dukungan dari calon simpatisan yang akan direkrut oleh kelompok teroris ini.

Kelompok teroris menurut ali imron berdasarkan ideologi yang di sebarkannya dibagi menjadi dua juga di indonesia. Pertama kelompok teroris yang berfikir sangat radikal dimana mereka suka mengkafirkan semua orang baik islam maupun tidak yang berseberangan dengan pola pikir mereka. Kedua adalah ideologi kelompok teroris yang tidak terlalu radikal namun mengikuti syar’i mereka yaitu tidak membunuh muslim lainnya.

Menakar aksi terorisme di indonesia dan melihat banyaknya terduga teroris yang telah ditangkap di indonesia maka harus selalu dilakukan edukasi kepada masyarakat bahwa bahayanya ideologi yang dikembangkan oleh kelompok teroris ini. Pada kenyataannya sampai saat ini belum ada pelajaran yang dimuat pada mata kuliah atau mata pelajaran di lembaga pendidikan. Setidak-tidaknya edukasi yang masif harus dilakukan di tengah masyarakat. Para kelompok teroris memiliki media untuk menyebarkan pemahaman mereka yaitu di tempat-tempat pengajian yang mereka pilih namun pemerintah belum memiliki media untuk menetralisir ideologi yang telah dibagun oleh kelompok teroris dan para kelompok yang terafiliasis dengan mereka.

Narasi yang sering berkembang di tengah masyarakat indonesia setelah terjadi tindakan terorisme adalah menolak atau tidak mengakui pelaku teror beragama islam. Narasi penolakan seperti ini terkesan lepas tangan dari tanggung jawab antar sesama umat islam. Tidak hanya masyarakat umum yang melakukan penolakan namun tidak jarang para pejabat kelas atas hingga bawah beramai-ramai menolak pelaku adalah bagian dari penganut islam.

Umat islam di indonesia harus dapat menerima bahwa ada pemeluknya yang memilih jalan yang salah dalam memandang makna Jihad. Umat Islam indonesia juga harus bisa menerima bahwa ada kemungkinan bahwa umat islam indonesia belum marasakan makna persaudaraan antar sesama pemeluk agama. Umat islam indonesia harus bisa menerima bahwa kita sering lupa untuk memperhatikan lingkungan kita.

Manusia memang adalah tempat lupa dan salah namun manusia diberikan akal dan pikiran agar kesalahan yang sama tidak kita ulangi lagi. Umat islam indonesia mulai saat ini dan dimasa yang akan datang harus mampu memberikan perhatian pada saudara-saudaranya, keluarga atau tetangganya. Menumbuhkan kepedulian sosial antar sesama pemeluk agama adalah hal terpenting untuk menangkal ideologi sesat yang di tebar oleh kelompok teroris di indonesia.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Stop Terorisme : Teroris Tidak Beragama

    Ditulis oleh Husnus Hayati

    Previous article

    Apakah Pelaku Terorisme Beragama?

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Opini