Belum genap satu semester selama tahun 2021 berjalan, telah puluhan terduga teroris yang telah ditangkap oleh densus 88. Sebut saja 18 orang terduga teroris di Sumatera Utara, satu orang diwilayah tanggerang satu minggu yang lalu, 22 orang terduga teroris di Jawa Timur, 5 orang terduga di aceh dan lainnya. Namun ternyata ditengah kesigapan densus 88 dan Polri menangkap terduga teroris di indonesia masih saja ledakan bom terjadi di wilayah indonesia. Artinya masih banyak lagi jaringan dari kelompok teroris ini yang berbaur di tengah masyarakat indonesia.

Baru-baru ini tepatnya di pada tanggal 28 Maret 2021 terjadi aksi Bom Bunuh diri di areal jalan Gereja Katedral di kota Makasar. Dimana pada aksi bom bunuh diri ini menewaskan Dua orang pelaku dan 18 orang lainnya mengalami luka berat hingga ringan.

Aksi Terorisme yang berujung pada tindakan berupa kekerasan pada dasarnya di sebut sebagai amaliyah oleh kelompok teroris. Ali Imron, seorang mantan teroris menyebutkan di indonesia hanya ada dua teroris yaitu teroris yang berailiasi dengan al-qaeda dan teroris yang berafiliasi dengan jaringan ISIS. Kesamaan dari dua afiliasi kelompok teroris tersebut adalah untuk mendirikan negara islam dan melaksanakan jihad fi Sabililah dan bagian-bagian dari jihad tersebut.

Ali Imron juga memberikan informasi bahwa ketika jangka panjang dari kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al-qaeda dan ISIS mendirikan negara islam maka ketika niat tersebut berbenturan dengan kekuasaan negara maka pemerintah harus dilawan dan untuk melawannya harus diciptakan ideologi secara masif. Ideologi yang diciptakan ini selalu di gaungkan dengan menggunakan narasi agama sehingga lebih mudah untuk mendapatkan dukungan dari calon simpatisan yang akan direkrut oleh kelompok teroris ini.

Kelompok teroris menurut ali imron berdasarkan ideologi yang yang sebarkannya dibagi menjadi dua juga di indonesia. Pertama kelompok teroris yang berfikir sangat radikal dimana mereka suka mengkafirkan semua orang baik islam maupun tidak yang berseberangan dengan pola pikir mereka. Kedua adalah ideologi kelompok teroris yang tidak terlalu radikal namun mengikuti syar’i mereka yaitu tidak membunuh muslim lainnya.

Menakar aksi terorisme di indonesia dan melihat banyaknya terduga teroris yang telah ditangkap di indonesia maka harus selalu dilakukan edukasi kepada masyarakat bahwa bahayanya ideologi yang dikembangkan oleh kelompok teroris ini. Pada kenyataannya sampai saat ini belum ada pelajaran yang dimuat pada mata kuliah atau mata pelajaran di lembaga pendidikan. Setidak-tidaknya edukasi yang masif harus dilakukan di tengah masyarakat. Para kelompok teroris memiliki media untuk menyebarkan pemahaman mereka yaitu di tempat-tempat pengajian yang mereka pilih namun pemerintah belum memiliki media untuk menetralisir ideologi yang telah dibagun oleh kelompok teroris dan para kelompok yang terafiliasis dengan mereka.

Sampai saat ini masyarakat indonesia masih belum terlalu paham dengan kelompok-kelompok teroris yang ada di indonesia. Mungkin masyarakat indonesia tahu dengan ISIS namun mungkin banyak yang tidak tahu dengan kelompok-kelompok yang terafiliasi dengan ISIS.

Munculnya komunitas yang peduli terhadap pengurangan perkembangan ideologi negatif yang dikembangkan oleh kelompok teroris tentunya sangat membantu pemerintah dan aparat untuk menjalankan fungsinya. Namun komunitas yang mempunyai kepedulian ini tentunya tidak memiliki kemampuan untuk mengurai ideologi takfiri atau togut yang telah di kembangkan oleh kelompok teroris di indonesia. itulah pentingnya pemerintah serta pihak terkait harus lebih masif dalam mengedukasi masyarakat indonesia.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Belasungkawa dan Doa Bersama, Anak-Anak Muda Sumbar Usung Kegiatan “Dari Sumbar Untuk Makassar”

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Opini