Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai keragaman, mulai dari segi suku, ras, agama, bahkan warna kullit. Hal ini tidak terlepas dari para pendirinya yang berasal dari berbagai perbedaan yang semestinya menjadi sebuah keistimewaan bagi bangsa ini, karena memang berbagai perbedaan yang ada di tubuh bangsa ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini juga yang membuat bangsa ini menjadi unik dari negara lainnya.

Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini memang tak bisa kita bendung, ia mampu menggerogoti hampir seluruh kehidupan masyarakat, mulai dari yang kecil sampai yang tua. Persaingan antar perusahaan IT pun terus terjadi, bahkan hampir setiap bulannya ada saja produk-produk teknologi yang membuat kita terkaget-kaget karena kreativitasnya yang tiada batas. Selain menyuguhkan berbagai kecanggihan teknologi ini juga mampu merubah gaya hidup generasi millennial ataupun generasi Z katanya ini.

Pergesaran sumber informasi dari ranah konvensional ke arah digital juga mampu mempengaruhi kanal informasi dan pengetahuan keagamaan. Semakin banyak konten-konten atraktif yang dihadirkan oleh para perusahaan mulai dari websiste hingga media social yang menyajikan informasi keagamaan.

Di samping itu juga banyaknya bermunculan para tokoh-tokoh agama atau para ustadz yang menjadi populer di kalangan media social semakin menambah terislamkannya ruang maya dengan konten dan symbol keagamaan.

Munculnya Islam virtual semakin merubah cara konsumsi pengetahuan keagamaan khususnya di kalangan generasi muda, millennial, dan generasi Z. yang selalu mengandalkan segala sesuatu yang instan, sehingga juga menimbulkan berbagai macam pemahaman yang tidak lagi bersumber kepada sumber buku secara fisik atau para ahlinya secara langsung.

Kecanggihan teknologi di era millennial ini bisa memberikan efek positif dan juga negatif bagi para penggunanya. Hal ini disebakan karena perilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan teknologi untuk hal-hal yang tidak benar. Seperti, penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian di media social.Hoax atau hate speech tentu akan merusak kerukunan antar umat beragama yang selama ini terjaga, begitu juga halnya dengan generasi millennial.

Sebagai generasi muda yang kiprahnya selalu ditunggu untuk menjadi pembaharu dan untuk memajukan bangsa ini menjadi lebih baik kedepannya.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh IDN Research Institute perihal perilaku toleransi di kalangan millennial Indonesia. Bahwa anak muda Indonesia adalah anak muda yang optimis dalam memelihara toleransi terhadap sesama dan cenderung satu visi misi yang sama untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa ini. Mereka lebih bisa mendengarkan dan menerima perbedaan pendapat atau ide teman walaupun ada beberapa yang tidak setuju.

Perbedaan-perbedaan yang ada di bangsa ini akan mampu berjalan baik dengan keindahan jika para millennial ini mampu menjadi agen perdamaian di antara sesama. Jika antara minoritas dan mayoritas mampu saling bekerja sama, saling gotong royong dalam hal kemanusiaan, serta mampu saling melindungi, maka akan tercipta perdamaian dalam perbedaan ini. beberapa hal yang harus dilakukan untuk menumbuhkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari di antara Millenial :

1.Bertemanlah dengan semua orang
Millenial adalah generasi yang sangat produktif, sehingga dalam usianya yang masih sangat muda ini, maka gunakanlah untuk memperbanyak teman dan jaringan yang lebih luas. Berteman dengan semua orang tanpa melihat perbedaan apapun termasuk agama. Hal demikian akan menjadikan Millenial mampu berinteraksi dengan siapapun tanpa membedakan-bedakan, selagi itu dalam kebaikan. Keberagaman tidak akan menjadi masalah jika di antara kita saling komitmen dan tulus menghargai pendapat mereka.

2. Tidak memotong pembicaraan orang
Sadar atau tidak orang Indonesia itu senang sekali berdialog ataupun berdiskusi apalagi mengutarakan pendapat, namun terkadang kebiasaan buruk juga sering dilakukan orang saat forum diskusi berlangsung, yaitu kebiasaan memotong pembicaraan orang lain, padahal ia belum selesai berbicara. Sehingga terkadang gagal paham dalam menyimpulkan segala sesuatunya karena hanya menerima sepotong informasi. Maka demikian, yuks biasakan jangan memotong pembicaraan orang lain ketika ia sedang berbicara, agar kita memahami apa yang disampaikannya dengan benar dan agar terjalin saling respon yang baik juga antar sesama.

  1. Mengutarakan apresiasi dan kritik yang sewajarnya.
    Perbedaan pendapat itu adalah wajar, pro kontra pemikiran itu juga adalah biasa dalam diskusi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dunia tidak akan indah jika hanya dihuni oleh hanya laki-laki semuanya, atau sebaliknya, atau satu warna merah saja, menoton dan membosankan sekali pastinya. Begitu juga dalam berteman, setiap kita berbeda, memiliki karakter yang berbeda, walaupun rambut sama hitamnya, tapi pemikiran pastilah berbeda, hal yang wajar tentunya, karena perbedaan itu membuat dunia ini terasa indah. Memberikan kritikkanpun juga sangat diperbolehkan asal demi kebaikan dengan cara yang baik dan benar tentunya. Mengkritik boleh saja tapi harus membangun dan solusi yang baik, bukan memojokkan apalagi sampai menjatuhkan orang lain. Berikanlah apresiasi kepada mereka yang memang pantas mendapatkan apresiasimu, siapapun mereka tanpa harus dibedakan-bedakan. Kitapun harus menerima kritikan jika itu memang untuk kebaikan. Intinya adalah saling menerima dan memberi dengan cara yang baik, sehingga akan tercipta hubungan baik sesame manusia tanpa memandang perbedaan yang ada.

4. Kurangi menilai seseorang tanpa mengenalnya terlebih dahulu
Setiap orang berhak untuk menilai sesuatu tanpa ada larangan siapapun, namun kesalahan kita adalah terlalu cepat menilai seseorang dengan mengaitkannya dengan beberapa factor seperti ras, suku, agama, dan sebagainya. Padahal belum tentu ia itu semua berkaitan dengan sikap seseorang tersebut, mungkin saja ada factor lainnya. Yuks sama-sama kita meilhat melihat sesuatu itu dari berbagai aspek agar tidak menimbulkan kebencian di antara kita, apalagi sampai mengkambing hitamkan agama untuk kepentingan tertentu.

Perbedaan itu adalah keniscayaan dibangsa ini, kita tidak akan bisa menghindarinya tapi kita harus mampu membiasakannya sehingga kita menjadi generasi yang cinta akan perdamaian.

Ditulis oleh : Nuraini Zainal , Cover : Kartika Yulia Ismed , Diupload : Ar Rafi Saputra Irwan

Nuraini Zainal

DPO Bom Bali Selama 18 Tahun Di Cokok Di Lampung

Previous article

BNPT Launching BNPT TV

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi