MAARIF Institute, Jakarta – MAARIF Institute bekerjasama dengan P3M, menyelenggarakan Pelatihan Literasi Digital untuk Ulama Muda. Kegiatan yang dilakukan melalui Webinar ini dilaksanakan selama dua hari pada 23-24 Agustus 2021 dengan menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya: Savic Ali (Direktur NU online dan islami.co), Hengky Ferdiansyah (aktif di el-Bukhari Institute), Alvin Nur Choironi (aktif di el-Bukhari Institute), dan Isna Rahmah Sholihatin (BincangSyariah.com). Acara ini dimoderatori oleh Hijroatul Maghfiroh.

Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif Maarif Institute, mengatakan di era arus informasi ini, dunia maya lebih akrab dengan dunia nyata, karena itu interaksi kita sehari-hari hampir pasti lebih sering menggunakan dunia maya, terlebih di era pandemi ini. Dalam pelatihan literasi digital yang diikuti oleh para ulama muda, maka para pendakwah harus mampu mengidentifikasi serta menyaring informasi yang diterima sebelum diteruskan kepada umat. “Semakin banyaknya konten-konten positif yang disajikan atau disampaikan kepada masyarakat merupakan sebuah alternatif lain untuk menekan serbuan konten negatif yang juga terus menyebar di era keterbukaan informasi ini”, terang Rohim.

Hengky Ferdiansyah (aktif di el-Bukhari Institute), dalam paparannya mengatakan Arus informasi teknologi mengakibatkan model dakwah semakin berkembang pesat dan dinamis. Tidak bisa dipungkiri bahwa konten-konten berbau radikalisme, ekstrimisme sangat cepat menyebar dan mampu masuk ke semua lini. “Kemudahan akses internet yang bisa ditemukan di mana pun, kapan pun, dan dilakukan oleh siapa pun, tentu membuat informasi yang beredar makin banyak dan beragam. Informasi yang dihasilkan pun mencakup beberapa macam, ada informasi yang kontennya bisa dipercaya dan aktual. Ada pula berita bohong atau hoax. Di sinilah peran penting dari literasi digital”, ujar Savic.

Isna Rahmah Solihatin, menyoroti tentang konten seperti apa yang dibutuhkan dalam dunia dakwah sekarang ini? Isna menjelaskan bahwa ulama muda saat ini harus mampu membangun brand dan karakter dakwah yang menyejukkan. “Mayoritas generasi muda (milenial) hari ini adalah mereka yang kesehariannya aktif di dunia maya (netizen). Di mana netizen ini dalam berkehidupan membentuk jejaring sosial melalui perantara media sosial baik semisal Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan lain sebagainya. Generasi muda harus mampu menyajikan informasi yang bisa dipertanggungjwabkan kebenarannya, jika tidak, maka berpotensi menyesatkan publik pengakses internet. Maka menjadi sebuah keharusan para generasi milenial melek literasi digital, utamanya dalam kepentingan mengakses sumber informasi keislaman”, jelasnya.

Sementara narasumber lainnya, Alvin Nur Choironi dan Savic Ali, Direktur NU Online, menyampaikan bahwa literasi digital di era revolusi industri 4.0 harus terus digelorakan di kalangan anak-anak muda milennial. Sebagai salah satu kelompok yang paling berpengaruh di ruang digital, generasi muda harus didorong untuk selalu menerapkan literasi digital ketika berselancar di internet.

Pelatihan ini diikuti oleh 50 orang peserta dari organisasi Muhammadiyah, NU dan organisasi moderat lainnya, yang tersebar di lima wilayah kota (Bandung, Bogor, Malang, Makassar dan Surakarta). Adapun kriteria peserta; memiliki pandangan keagamaan yang moderat. memiliki penguasaan khasanah keislaman yang cukup kuat; tertarik dan berkomitmen untuk aktif di media sosial.

Demikian siaran pers ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama rekan-rekan media, kami sampaikan terimakasih.

Jakarta, 23 Agustus 2021

Salam hormat,

MOH. SHOFAN
Direktur Riset / Pimred Jurnal MAARIF Institute

dutadamaisumbar

Sudahkah Merdeka?

Previous article

Wow! Subway Akan Kembali Ke Indonesia!

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini