Kepemimpinan merupakan sebuah aspek terpenting dalam membangun sebuah perkumpulan, mulai dari perkumpulan sebuah komunitas biasa sampai perkumpulan para aktivis-aktivis muda yang menjadi penentu arah masa depan bangsa. Didalam sebuah perkumpulan atau bisa lebih dikenal dengan komunitas atau organisasi, biasanya selalu ada seseorang yang memimpin. Kepemimpinan didalam sebuah komunitas atau organisasi sangat dibutuhkan dan menjadi penentu maju atau mundurnya sebuah komunitas atau organisasi.

Kepemimpinan yang dibutuhkan oleh masa kini adalah kepemimpinan yang dipimpin oleh sosok pemuda. Ketika menengok kebelakang dan membuka kembali lembaran sejarah, Islam pernah dipimpin oleh sosok pemuda hebat pada masanya. Pemuda yang bukan hanya dikenal sebagai pemimpin biasa saja, tapi ia adalah sosok pemimpin yang cakap dan mempunyai kepakaran dalam bidang kemiliteran, ilmu pengetahuan, matematika, dan menguasai enam bahasa saat berumur 21 tahun. Dalam sejarah Islam dia dikenal sebagai salah satu pemimpin yang hebat, dia adalah Muhammad Al Fatih.

Digelar  dengan  nama  mahsyurnya adalah  Muhammad  Al-Fatih  sedang nama  aslinya adalah Muhammad II bin Murad bin Muhammad bin  Bayazid. Beliau dikenal mahsyur dengan nama Muhammad Al-Fatih   karena kehebatan kemampuannya menakhlukan Kota Konstantinopel (Byzantium) itu yang terkenal dengan pertahanan yang sangat kuat. Ditengah ummat Islam beliau terkenal dengan Muhammad Al-Fatih yaitu sang penakhluk yang mampu menakhlukan kota  yang  menjadi  pusat  kekufuran  dimasa  itu. Sedangkan di kalangan Eropa  beliau dikenal  dengan  Tuan yang agung.

Dilahirkan pada 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Utsmaniyah, Muhammad Al Fatih adalah anak dari Sultan Murad II. Saat masih belia, ketika usianya menginjak11 tahun, beliau dikirim untuk memerintah Amasya. Sebagai anak Sultan, ia banyak mendapat ilmu. Ia menguasai sedikitnya enam bahasa. Salah satu gurunya adalah Syaikh Muhammad Syamsuddin bin Hamzah. Ulama terkemuka inilah yang mempengaruhi Mehmed pentingnya menaklukkan Konstantinopel yang dikuasai Kekaisaran Romawi Timur dan menjadi salah satu pusat gereja Ortodok.

Muhammad Al-Fatih dikenal sebagai pemimpin yang cakap, adil, cerdas, dan memiliki kepakaran dalam berbagai bidang walaupun usianya saat diangkat menjadi Sultan baru berusia 12 tahun. Sifat kepemimpinan dan prestasi-prestasi yang ia raih diusia muda inilah yang menjadikannya teladan bagi umat Islam. Bukan main prestasi yang pernah diraihnya, julukan “Al-Fatih” yang artinya “Sang Pembebas” didapatkannya karena berhasil menaklukan Konstantinopel yang saat itu merupakan sebuah benteng yang sulit diterobos diusia yang masih sangat muda, yakni 21 tahun.

Karakter Kepemimpian Sejak Kecil

Semasa kecil Muhammad Al Fatih sudah mendapatkan pendidikan sangat baik dari kedua orang tuanya. Murad II menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail al Kurani, seseorang ulama yang paham sekali menggunakan Alquran sebagai guru bagi Muhammad Al Fatih. Tak heran semenjak kecil beliau telah menghafalkan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq, sampai seni manajemen perang.

Sejak belia Muhammad Al Fatih sudah memiliki keunggulan dalam menyerap dan menangkap ilmu pengetahuan. Ia memiliki pengetahuan yang luas, khususnya dalam bidang Bahasa, serta memiliki kecenderungan besar terhadap buku-buku sejarah. Inilah yang membuatnya menjadi sosok seorang pemimpin pasukan muslimin yang memiliki keahlian urusan manajemen, administrasi negara, penguasaan medan dan ahli strategi perang. Keunggulan akhlaknya terhadap Syariat Islam membuatnya memiliki sikap bijaksana, pemberani, suka memberi, dan rela berkorban, demi membela akidah dan syariat. Semua itu dilakukan dengan mengharapkan pahala dari Allah.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al Fatih telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Bahkan Sultan Muhammad Al Fatih telah mengkaji usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam untuk menaklukkan Konstantinopel, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.Ketika beliau naik tahta pada tahun 1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar (kota/kota pelabuhan) tersebut. Kekuatan Sultan Muhammad Al Fatih terletak pada ketinggian pribadinya.

Menaklukan Konstantinopel

Pada usia yang muda, Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel, sekaligus menjadi penanda bahwa abad pertengahan telah berakhir. Beliau menyiapkan 4 juta pasukan untuk mengepung wilayah barat serta bahari. Pengepungan ini terjadi selama 50 hari. Beliau sukses memasuki wilayah Konstantinopel dengan membawa serta kapal-kapal melalui perbukitan Galata buat memasuki titik terlemah Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn.

Meski ada pasukan yang berkata mustahil melakukan startegi tersebut, Muhammad Al Fatih tak gentar dengan tegas beliau berkata pada pasukannya untuk bergegas melaksanakan strategi yang telah dirancang tersebut. Sehari sebelum berperang, beliau memerintahkan semua pasukannya untuk berpuasa di siang hari serta sholat tahajud di malam harinya, untuk meminta kemenangan pada Allah SWT.

Pasukan Muhammad Al Fatih berhasil menyeberangkan 70 kapal bahari melewati hutan yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Selama satu malam, beliau dan pasukannya menebangi pohon yang merintangi perjalanan dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam. Hal demikian adalah suatu kemustahilan bagi para musuh, tetapi berkat usaha dan pertolongan Allah semuanya terjadi.

Peperangan dahsyat pun akhirnya terjadi, benteng yang tidak tersentuh menjadi simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang sang Penakluk dan orang-orang yang tak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar  yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar  itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan menggunakan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel.

Sejak saat itulah dia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel. Ketika memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad Al Fatih turun dari kudanya kemudian sujud sebagai indikasi rasa syukur pada Allah.

Sesudah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia serta memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, sentra pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya sebagai Islambul yang berarti negeri Islam, lalu akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul. Sehabis itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih beliau membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia kecil, dll. Bahkan dia sudah mempersiapkan pasukan serta mengatur strategi buat menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, tapi kematian sudah menghalanginya buat mewujudkan hal itu. Sampai akhirnya Muhammad Al Fatih serta pasukannya berhasil menaklukkan Konstantinopel. semenjak insiden itu, ia mendapat gelar Sultan Muhammad Al Fatih alias “oleh Penakluk”.

Dari sosok pemuda Muhammad Al Fatih membuat kita paham bahwa untuk menjadikan sesuatu yang mulia harus diserati usaha dan diimbangi dengan berserah diri pada Allah. Dengan mendekatkan diri kepada Allah dan menyerahkan segala sesuatu yang sulit sekalipun akan dapat dilewati dengan mudah. Sosok Al Fatih yang sejak kecil sudah didasari berbagai macam ilmu untuk meneruskan kemajuan Islam akhirnya dapat menerapkan dan menjadi sosok pemuda yang panutan bagi umat Islam.

Husnul Hayati
Writing is a place for growing up.

    Tips Menulis yang Baik dan Benar

    Previous article

    TPNPB-OPM Serukan Perang, TNI Jamin Keamanan Warga

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *