Hari Kartini adalah hari memperingati lahirnya Pahlawan Kemerdekaan Nasional kita yaitu Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal RAden Ayu Kartini pada tanggal 21 April setiap tahunnya. Perempuan yang terkenal dengan penggagas emansipasi wanita ini lahir di Jepara pada 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904 di usia 25 tahun setelah beberapa hari melahirkan. Jasanya pada negeri sangat banyak, maka pemerintah memutuskan untuk memperingatinya sesuai kepres (Keputusan Presiden) RI No.108 Tahun 1964 pada 02 Mei 1964.

Pada masanya, Kartini merasakan ketimpangan sosial dan hak pada perempuan Jawa. Maka dari itu, ia mulai memperjuangkan kesetaraan perempuan. Ia ingin membuktikan bahwa derajat antara perempuan dan laki-laki itu sama yang tidak hanya melakukan kegiatan pasif dalam menjalani kehidupan di rumah. Bahkan, pada zaman dahulu yang boleh bersekolah adalah anak laki-laki, sedangkan anak perempuan tetap melakukan kegiatan perempuan di rumah.


Akan tetapi, Kartini sangat beruntung. Ia diperbolehkan untuk bersekolah walau hanya sampai berumur dua belas tahun. Hal ini dilatarbelakangi karena menurut tradisi Jawa, anak perempuan harus tinggal di rumah sejak usia dua belas tahun hingga menikah.

Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan seorang bangsawan Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Ninggrat. Walau statusnya menyandang gelar sebagai istri, niat Kartini untuk memperjuangkan hak-hak wanita pada zaman itu tidak surut. Wanita pemberani itu memanfaatkan segala waktu yang ada untuk belajar, membaca, dan menulis surat pada rekan-rekan yang ada. Wanita itu menuangkan pikirannya lewat tulisan. Tulisan-tulisan tersebut dibukukan, kemudian diberi judul “Door Duisternis tok Licht” atau lebih dikenal sekarang “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.

Suaminya memberi Kartini kebebasan sehingga wanita itu bisa mendirikan sekolah wanita. Dan tentu berkat kegigihannya juga, Kartini mampu mendirikan sekolah wanita oleh Yayasan Kartini (Sekolah Kartini) di Semarang pada 1912.


Salah satu kutipan dari Kartini adalah ‘Tiada awan di langit yang tetap selamanya.Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita, lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam’, dan ‘Habis gelap terbitlah terang’.

Menyikapi perkataan dari RA Kartini di atas, seharusnya kita perempuan Indonesia bergerak maju ke depan dengan gagasan baru untuk membangun negara. Seharusnya ide-ide kita mampu melebih RA Kartini untuk memperjuangkan hak-hak wanita pada Indonesia. Karena pada dasarnya, tidak akan selamanya langit itu mengandung awan gelap, tetapi pasti menampakkan warna biru yang indah. Tidak selamanya kebebasan kita diatur oleh orang lain, tetapi akan ada saatnya kita bangkit dan menyampaikan apa yang ada di pikiran dan hati.

Sebenarnya, perempuan Indonesia dewasa ini sudah merdeka. Perempuan-perempuan Indonesia telah mendapatkan pendidikan yang layak, fasilitas yang bagus, dan kehidupan yang lebih bagus daripada perempuan-perempuan zaman dahulu. Maka dari itu, sebagai perempuan Indonesia, seharusnya kita ikut berkontribusi pada kemajuan negara Indonesia. Jangan saling menghujat karena gaya hidup kita yang berbeda, jangan saling menghujat karena perbedaan dari status sosial, dan jangan takut dalam mengungkapkan pendapat.


Terlebih juga, perempuan-perempuan Indonesia seharusnya mencintai budaya sendiri, mengharumkan budaya sendiri, dan tidak ikut mencaci wanita lainnya dalam menggunakan kebaya yang merupakan budaya dari Indonesia itu sendiri. Karena hal itu telah mencoreng Kartini dan diri sendiri yang dituntut untuk merdeka dalam segala segi.

Mengenal Sosok R.A. Kartini Sang Pahlawan Perempuan Indonesia (Part 1)

Previous article

Mengenal Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini