Adanya kehadiran perbedaan agama, suku dan adat merefleksikan agar antar sesama manusia tidak saling terpecah belah, akan tetapi mejadikan persatuan dan saling berdamai, namun tidak jarang dijadikan sebagai alat untuk permusuhan dan bahkan perpecahan. Di negara ini sudah menjadi hal biasa terjadinya perperang antar suku dan semua itu bukanlah ajaran dan bertentangan dengan esnsi setiap ajaran agama yang ada. Masyarakat Indonesia sangat majemuk dengan berbagai macam dari agama hingga adat istiadat dapat berpotensi menjadi ancaman ataupun konflik, namun semua itu kembali kepada masayrakat dan bangsa Indonesia apakah kita mampuh untuk ambil sikap empati.

Abstrak

Indonesia negara yang banyak sekali di dominasi oleh perbedaan, baik itu suku, agama, dan adat istiadat. Terbentang dari “sabang sampai marauke berjajar pulau—pulauseperti lirik dari lagu kebangsaan kita. Namun dari banyak perbedaan yang sangat menonjol kita semua tetap satu seperti semboyan bangsa “BHINEKA TUNGGAL IKA” walau berbeda tetapi tetap satu jua.

Pada dasarnya perbedaan akan dapat menghasilkan dua hal yang sangat signifikan, yaitu perpecahan dan perdamaian salah satu dari itu akan terjadi, namun itu kembali kepada kita bagaiamana kita dapat menyikapi hal tersebut dengan tangan, hati dan pikiran yang terbuka tentunya.

Bagaimana kita yang terlahir dari etinis, agama, budaya dan bahkan daerah yang tidak sama. Perlu untuk kita ketahui bahwa keberagaman bukan sebuah masalah, tapi keberagaman adalah sebuah hadia yang sepatutnya untuk kita syukuri, namun tetap saja dibalik itu semua tidak terlepas banyaknya permasalahan yang kian jua timbul seperti yang sering sekali kita dengar, atau mungkin kita rasakan.

Banyak hal yang sepatutnya untuk kita pahami dan amati bersama-sama dijadikan sebagai pedoman yang membuat kita dapat lebih menghargai adanya perbedaan:

1. Saling memahami keberagaman suku, agama, gender dan status sosial.

2. Lebih menyadari sebab dan akibat dari tindakan diskriminasi

3. Memahami narasi yang mengandung unsur SARA

Mari kita bahas satu persatu hal yang sangat mendasar untuk kita terapkan dalam kehidupan bersosial dan bernegara yang baik.

Pertama kita semua tau indonesia bukanlah negara yang hanya di hunyi satu RAS, tapi begitu banyak keberagaman yang kita temui, mulai dari agama sampai perbedaan cara masing-masing adat setiap daerah, pernah tidak masing-masing dari kita berfikir bahwasannya kita terlahir dari negara yang begitu kaya raya dengan berbagai macam perbedaan. Tanpa kita sadari banyak para touris yang takjub dengan keberagaman di Indonesia. Bisakah kita menjadikan keberagamaan ini sebagai alat untuk berjuang dan menajdikan Indonesia sebagai negara yang di segani dan patut untuk di hormati di mata dunia.

Kedua , diskriminasi biasanya terjadi ketika satu individu/kelompok yang lebih kuat dan tidak memberikan perlindungan yang baik pada individu/kelompok lainnya. Banyak sekali kejadian diskriminasi terjadi karna munculnya dorongan dengan sikap yang ekstrim seperti yang banyak kita temui dalam media masa.

  • Adanya sebuah kelompok anti muslim yang menguat karena merasa terancam dengan meningkatnya populasi muslim.

Sangat mengkhawatirkan bila sesuatu yang sepatutnya kita dapat hidup dengan tentram dan damai harus terpecah dan melibatkan tindakan ekstrim melukai hingga menghabiskan sekelompok orang. Sikap abusive terkadang sering sekali membuat orang untuk melakukan tindakan diluar dari hak asasi manusia. Jadi bagaimana peran kita sebagai orang yang sadar akan hal itu? Akankah kita terus untuk bungkam atau terlibat dan mengambil peran untuk menyuarakan hal kebikan tentang indahnya perdamaian ini.

Ketiga, sebuah narasi yang mengandung unsur SARA atau bahasa sederhananya yang memncing untuk terjadinya perpecahan. Biasanya narasi ini sering sekali di gunakan oleh sekelompok esktrimisme kekerasaan, ada empat narasi yang saya dapatkan dari buku yang saya baca dan pahami, yaitu

  • Playing victim: menggiring sudut pandang sebagai golongan/ kelompok yang menajdi korban
  • Glorifikasi: sudut pandang yang membenarkan sebuah tindakan dari sipelaku kelompok ekstrem
  • Narasi historis: mengaitkan sejarah seolah-olah sejarah belum selesai
  • Narasi teologis: membawa unsur agama sebagai tindakan untuk melakukan kekerasan.

Yang paling sering kita temui ialah playing victim, glorifikasi dan teologis, contohnya saja seperti

  • Ras kulit putih adalah ras yang paling unggul di dunia berbeda dengan ras kulit hitam tidak layak hidup sejajar dengan kulit putih karena mereka kotor dan sumber masalah.
  • Pekerja seks komersil layak mendapatkan kekerasan karena mereka adalah pelaku kriminal, berdosa dan melanggar norma agama.
  • Kita harus berhukum kepada Allah, yang tidak berhukum pada Allah adalah thaghut, Pancasila adalah thaghut karena itu kita harus hijrah ke negeri menerapkan hukum Allah secara kafah.

Masih banyak lagi narasi narasi yang membuat perpecahan ada dimana-mana, pada dasarnya semua kembali kepada diri kita masing-masing apakah kita sudah cukup paham akan hal-hal seperti itu? Karna banyak orang-orang yang terbawa akan hal bersifat radikal, ekstrimisme, dll nya itu kurangnya pemahaman baik diri mereka sendiri maupun lingkungan sekitar. Perlunya untuk meningkatkan kesadaran dan rasa keingin tauan akan hal- hal baru agar kita tidak salah langkah untuk mengambil tindakan.

Untuk akhir dari tulisan saya akan menutup dengan potongan arti dari ayat al-quran yaitu QS ARRUUM; 22 Yang artinya : „dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui‟.

Terimakasih telah membaca , semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan tak henti untuk memberikan hal-hal positif kepada sesama.

Ditulis oleh : Fanisah Aprillia Putri Siahaan

product-image

Abyan Adam

Rahasia Persatuan Bangsa di Era Milenial

Previous article

Menilik Syukur dari Daerah yang kurang Mujur

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi