Belanda mulai menjajah Indonesia dan mendarat diwilayah Banten pada tahun 1596, dibawah kepemimpinan Cornelis De Houtman. Tujuan awal Belanda menjajah untuk mendapatkan rempah-rempah dengan harga yang murah. Penjajahan belanda berlangsung 3.5 abad banyak meninggalkan sisa-sisa penjahan. Selama ini, kita hanya di ceritakan tentang ke-ngeriaan dan ke-kejaman penjajah oleh orang tua kita. Namun, ternyata ada hal-hal positif yang diwariskan oleh penjajah Belanda untuk Indonesia. Salah satunya Jam Gadang.
Jam Gadang terletak di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Merupakan hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina yang dibangun pada tahun 1926. Arsitek dari jam gadang adalah Yazid Rajo Mangkuto yang berasal dari Koto Gadang. Sementara itu Haji Moran dan Mandornya Sutan Gigi Ameh bertindak sebagai Penanggung Jawab pembangunan.
Keterlibatan putra bangsa dalam merancang dan pembangunan Jam Gadang merupakan bukti bahwa pada masa penjajahan Hindia-Belanda terjalin kerjasama yang baik antara pribumi dan penjajah. Ratu Wilhelmina yang menjabat sebagi Ratu Belanda memberi hadiah kepada Countroler (Sekretaris Kota) H.R. Rook Maker yang saat itu masih bernama Fort de Kock.
Arsitektur Jam Gadang yang kita lihat saat ini berbeda dengan awal pembangunanya, terutama pada bagian atap. Terjadi tiga kali perubahan. Awal pembangunan atap jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke timur. Kemudian, pada masa penjajahan Jepang, bentuk atapnya dirubah menyerupai Kuil Shinto dan setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1953 atap Jam gadang dirubah menjadi bergonjong serupa atap rumah adat Minangkabau.
Jam Gadang hingga saat ini masih berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik, menjadi Ikon kota Bukitting sekaligus magnet bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota tersebut. Selain Jam Gadang masih banyak lagi peninggalan penjajah Belanda yang tersebar di beberapa wilayah di Sumatera Barat dan akan saya tulis pada tulisan berikutnya.
Salam damai. Berani Damai, Saatnya beraksi!
@Sulassky
Comments