Salah satu akibat paling nyata dari intoleransi adalah merenggangnya keharmonisan dalam masyarakat yang pada akhirnya dapat menciptakan persoalan serius dalam perdamaian antarumat beragama di Indonesia. Untuk mengurai secara lebih luas persoalan intoleransi, LTN PBNU melalui 164 Channel membahasnya lewat Talkshow Peci dan Kopi yang diselenggarakan di Gedung PBNU.

Intoleransi menjadi tantangan semua pihak karena tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara luar, baik negara berkembang maupun negara maju seperti Amerika Serikat. Sebagai negara yang dikenal kampiun demokrasi, Amerika Serikat melalui supremasi kulit putih telah merendahkan kulit hitam atau yang lainnya. Amerika Serikat kita sekarang juga sedang sedih kalau kita melihat demokrasi di sana. Trump itu adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai presiden yang pertama kali menggunakan senjata-senjata SARA, senjata-senjata rasis, yang disebut dengan white supremasi. Jadi orang kulit putih itu adalah supreme, yang utama.

Hubungan antara intoleransi dan radikalisme, bahwa para ahli secara umum mengansumsikan bahwa intoleransi merupakan tahap awal atau dasar sebelum melakukakan tindakan radikalisme, dan kemudian terorisme.Sehingga sebagian orang kemudian mengatakan ini proses yang linear. Intoleran dulu baru mengalami radikalisasi, lalu melakukan tindakan kekerasan, bahkan dalam bentuk terorisme. Namun, belakangan yang paling rasional adalah orang yang intoleran tidak selalu menjadi radikal, tetapi hampir pada umumnya, orang-orang yang radikal, termasuk orang-orang yang melakukan tindakan terorisme itu berasal dari sikap intoleran dalam pengertian tidak suka atau tidak menghargai, bahkan membenci kelompok-kelompok yang lain.

Kepala Bidang Intelijen Densus 88 Kombes Ibnu Suhendra juga menyatakan bahwa intoleransi merupakan embrio dari radikalisme, dan radikalisme adalah embrio dari terorisme. Radikalisme terjadi tidak hanya di satu agama, tetapi juga pada agama-agama lain. Semua ada (penganut agama yang) pemahamannya radikal. Dampak dari pemahaman keagamaan yang radikal, katanya, menciptakan aksi teror di berbagai tempat, seperti penganut agama Katolik yang melakukan pengeboman kantor FBI di Amerika Serikat dan penganut agama Hindu yang membunuh Presiden Rajiv Gandhi. Persoalan intoleransi sangat mencemaskan dan meresahkan.Keberadaan intoleransi sangat membahayakan kehidupan keberagaman di Indonesia.

Intoleransi ini kalau kita menyadari bahayanya, sebetulnya menurut saya lebih berbahaya, bahkan lebih (berbahaya) dari terorisme karena apa? Karena negara kita ini memang didirikan di atas asas kebhinekaan, dan intoleransi itu menggerogoti sendi-sendi kehidupan bernegara kita, sendi-sendi kehidupan berbangsa kita.

Gita Ivani Gresela Waruwu

Rentan Terdoktrin Radikalisme, Milenial Sekarang Disarankan Berpikir Kritsi dan Membuka Diri.

Previous article

Saatnya Perempuan Merdeka Dari Bias Gender

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi