Bulan Agustus bulan kemerdekaan, katanya;
Ya, Sebagaimana catatan sejarah
Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan
Indonesia diakui oleh dunia internasional sebagai negara yang mandiri
Negara yang berhak menentukan hidupnya sendiri
Negara yang tidak boleh diinjak-injak oleh negara lain

Kini…
Tujuh puluh tujuh tahun telah berlalu
Merayap, merangkak dari keterpurukan
Mencoba berlari untuk mengejar ketertinggalan
Bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan terus diperbaiki

Tetapi…
Benarkah rakyat Indonesia telah sepenuhnya merdeka
Terbebas dari belenggu maupun kekangan?

Kita punya mata
Kita punya telinga

Berapa banyak rakyat Indonesia yang tidak bisa berkumpul dan bercengkrama dengan sesamanya untuk mendiskusikan ajaran agamanya?
Berapa banyak pemeluk agama yang tidak memiliki tempat ibadah untuk memuja dan bersudud di hadapan Tuhannya?
Berapa banyak siswa yang di paksa menggunakan aksesoris agama yang bukan bagian dari keyakinannya?

Belum lagi masalah kemiskinan, kesehatan, serta kesucian yang di renggut oleh kaum pendidik yang bahkan pendidik tersebut adalah ulama yang seharusnya menjadi tauladan dalam akhlak dan moralitas

Kenyataan pahit ini
Mempertegas ungkapan sang proklamator
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”

Sadarlah teman
Sadarlah sahabat
Kita semua generasi penerus bangsa
Para pendahulu kita semua bersatu padu mengusir penjajah dari negeri tercinta ini
Lantas akan sampai kapan engkau menzolimi saudaramu sendiri?

Kita ini

Satu Nusa
Satu Bangsa
Satu Saudara
Satu Keluarga
Bhinneka Tunggal Ika

Suyadi

Bukan orang lain, tapi dirimu sendiri

Previous article

Mama, Maaf dan Terima Kasih

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *