Desa Tunarungu di Indonesia. Sebuah desa yang berada di Pulau Bali memiliki satu keunikan yang berbeda dari yang lainnya.

Jika Pulau Bali terkenal dengan objek wisata dan tempat rekreasi populer yang dinikmati oleh para wisatawan, tidak terlepas juga dengan hal-hal yang dimilikinya termasuk budaya dan tradisinya tetapi hal ini menjadi sangat unik di Indonesia bahkan di dunia.

Hal ini pernah diliput oleh salah satu media informasi yang cukup besar yaitu @nasdailyindonesia yang mempunyai konten membagikan hal unik yang ada di seluruh penjuru dunia dan belum pernah di explore oleh siapapun melalui platform tiktok dan instagram.

Desa Bengkala terletak di daerah terpencil di wilayah Kabupaten Buleleng. Desa ini terbilang unik di Bali karena banyaknya jumlah warga yang tunarungu dibandingkan dengan daerah lainnya di Bali. Hal ini menjadikan desa ini sangat spesial dan istimewa.

Banyaknya warga yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat atau yang dikenal dengan kata “kolok” karena keterbatasan pendengaran sehingga membuat warga lainnya juga mempelajari bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan warga tunarungu di desa ini. Persentase warga tunarungu di Desa Bengkala memang terbilang cukup tinggi karena disebabkan oleh genresesif geografis-centric yang disebut DFNB73 yang ada pada nenek moyang mereka selama 7 generasi.

Bahasa isyarat yang digunakan warga desa Bengkala emang berbeda dengan bahasa isyarat Indonesia maupun internasional. Bahasa isyarat khas Desa Bengkala ini disebut kolok oleh penduduk Bali. Warga yang tuli dan bisu dikenal dengan kolok, yaitu sebuah bahasa yang tidak pernah diucapkan dan mejadi komunikasi khas warga Desa Bengkala Buleleng.

Penduduk desa ini sudah terbiasa dengan gaya hidup dan komunikasi dengan tunarungu, apalagi anak-anak sudah diajarkan dengan bahsa kolok dari kecil di rumah masing-masing, bahkan di sekolah siswa tunarungu belajar satu kelas dengan siswa normal. Walaupun jumlah penduduk warga kolok cukup banyak, namun mayoritas warga Desa Bengkala tidak mengalami kesulitan saat berkomunikasi karena bahasa isyarat kolok sudah diajarkan kepada anak-anak mereka. Keberadaan warga tunarungu tersebut sudah ada sejak generasi tujuh generasi.

Hal ini cukup istimewa karena mereka tetap memperlakukan setiap orang dengan baik sehingga tidak perlakuan diskriminasi pada warga tunarungu. Dengan demikian tradisi bahasa kolok tersebut tidak akan punah karena setiap warga akan menjalin komunikasi setiap harinya. Mereka juga akan belajar akan seni dan budaya tradisi Bali seperti pementasan dan kesenian tradisional sehingga membuat daya tarik spesial bagi wisatawan yang liburan ke Pulau Dewata, Bali.

Sumber: balitourclub.net, instagram @nasdailyindonesiaofficial

Selama Dua Dekade, MAARIF Institute Konsisten Merawat Pemikiran Buya Syafii

Previous article

GARAM KUSAMBA, GARAM TRADISIONAL KHAS INDONESIA

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *