Oleh: Yui

Bulan Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Bukan tanpa sebab. Bulan Ramadan merupakan bulan kemuliaan yang berisi rangkaian peristiwa indah. Bahkan, 10 hari terakhir menjalankan ibadah puasa, umat Muslim menanti kedatangan malam Lailatul Qadar atau malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Berbicara mengenai bulan Ramadan, tentu tidak lepas dari perkara menahan lapar dan haus yang dilakukan dari imsyak hingga azan magrib berkumandang. Lantas, apakah saat bulan Ramadan hanya menahan lapar dan haus saja? Tentu jawabannya tidak.

Selain menahan lapar dan haus, perkara yang lebih penting yang harus diperhatikan oleh umat muslim yakni menahan nafsu berlebihan dalam segi apa pun agar puasa yang dijalankan mendapat manfaat untuk diri sendiri. Berbicara mengenai nafsu, tentu mewakili semua sikap atau sifat yang tidak baik. Kendati demikian, banyak umat muslim yang tidak memerhatikan hal itu. Mereka senantiasa berbuat kekacauan untuk diri sendiri atau orang lain. Bahkan, tanpa rasa bersalah, ada juga yang senang menggunjingkan orang lain yang jelas-jelas merusak amalan puasa.

Salah satu hal yang dapat disoroti mengenai nafsu yang tidak terkendali yaitu merasa sakit hati melihat orang-orang dari agama lain membuka gerai makanan saat bulan Ramadan. Bahkan, tidak sedikit banyaknya mereka yang mengaku paham agama berkomentar dan menyuduti dengan dalih menghormati orang yang berpuasa. Bukankah itu sedikit keterlaluan, mengingat dan menimbang jika Indonesia bukan negara Islam? Bagian yang paling miris, pemerintah yang katanya mengayomi semua kalangan, ikut melakukan sidak di beberapa rumah makan.

Miris, bukan? Jika dikatakan mereka orang beriman, tentu tidaklah tepat. Orang-orang beriman adalah mereka yang tahan akan godaan yang diberikan oleh Allah untuk menguji keimanan yang mereka pertahankan. Jika melihat umat lain makan di siang hari, lalu berkata yang tidak-tidak dan terkesan lebih baik dari orang tersebut, dapat dipastikan mereka belum pantas disebut orang beriman. Tentu orang yang berpuasa Senin-Kamis patut diacungi jempol karena mereka berhasil menahan nafsu.

Opini di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak etis atau tidak tepat meminta umat lain atau orang lain yang tidak berpuasa meminta mereka untuk menghargai orang berpuasa. Mereka tentu tahu aturan dan paham akan ibadah orang lain. Mereka hanya makan di gerai-gerai yang tertutup, tidak mengajak untuk membatalkan puasa. Bahkan, mungkin tanpa disadari ada umat muslim, terkhusus wanita yang hamil, menyusui, atau menstruasi, memilih makan untuk melepaskan rasa lapar.

Orang-orang yang beriman dan diridai oleh Allah adalah mereka yang tidak melakukan perilaku buruk dengan alih agama. Jangan jadikan agama sebagai benteng untuk perbuatan keji. Perlihatkanlah kepada umat lain bahwa agama Islam merupakan agama damai dan mencintai ketenangan.

Yui
Penulis dan Pengarang

    Persekusi Dua Wanita di Pesisir Selatan; Apakah Pantas?

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Opini