Beberapa tahun belakangan ini indonesia di sibukkan dengan bermunculannya tokoh agama yang tiba-tiba populer di media sosial, khususnya youtube. Banyak tokoh agama yang berprofesi sebagai penceramah agama yang kemunculannya di media sosial berdampak signifikan terhadap penghasilan mereka. Jika 4-5 tahun yang lalu penceramah agama hanya lewat televisi bisa populer dan dapat mendongkrak penghasilan mereka di profesinya namun hal ini jauh berbeda ketika populernya media sosial bagi masyarakat indonesia.

Terlepas dari fenomena tersebut, juga mencuat beberapa penceramah agama yang viral bukan karena isi ceramah agamanya yang menyejukkan hati sanubari pengikutnya namun memenuhi ego dari pengikutnya. Fenomena dimana penceramah agama yang berkata kasar dan suka melakukan ujaran kebencian di depan umum mulai menjadi hal yang disukai oleh sebagian umat dari agama tertentu di indonesia. Penceramah agama untuk saat sekarang ini sudah mampu menggalang kekuatan yang besar untuk dapat mempengaruhi pengikutnya dalam melakukan tindakan. Munculnya aksi 212 membuktikan bahwa pembuka agama sangat mempengaruhi pola pikir pengikutnya. Dimana pembuka agama pada saat itu memegang peranan penting untuk menggerakkan massa namun yang sangat di sayangkan adalah bermunculan aksi setelah itu yang menjadi aksi demo yang berjilid-jilid yang membuat agama islam di indonesia menjadi sorotan dari beberapa negara di dunia bahwa agama dapat dimanfaatkan dalam berpolitik di indonesia yang hasilnya pun sangat membawa pengaruh yang besar dalam pilihan berpolitik di indonesia.

Fenomena ini seharusnya menjadi pertimbangan tersendiri bagi perkumpulan tokoh agama di indonesia. Fenomena ini menjadi pukulan bagi perkumpulan tokoh agama tersebut karena agama dimanfaatkan oleh oknum tertentu sebagai senjata berpolitik. Tentunya jika agama dijadikan kendaraan politik di indonesia akan berdampak sangat negatif bagi agama tersebut bagi pemeluk agama lain di indonesia. Kita tidak bisa menutup mata dengan fenomena munculnya masyarakat yang telah antipati terhadap nama islam. Islam seharusnya bagi pemeluknya adalah sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam telah berganti menjadi agama yang membawa rahmat bagi sebagian pemeluk agama islam saja.

Pembuka agama islam adalah elemen penting dalam mengembalikan pola pikir pengikutnya untuk mengembalikan islam di indonesia menjadi islam yang seharusnya yaitu “rahmat bagi seluruh alam”. Pembuka agama yang tidak terinfeksi dengan paham ujaran kebencian harus bisa mulai tenar di media sosial dengan membawa kesejukan bagi pengikutnya bukan ikut-ikutan memenuhi ego pribadi dari pengikutnya yaitu menyatakan islam adalah agama paling hebat di indonesia secara frontal. Seharusnya agama hanya ada dalam keyakinan hati sanubari dari pengikutnya jangan sampai agama tertentu menjadi tembok pemisah yang sangat tinggi bagi agama lainnya jika keyakinan di gembar-gemborkan secara berlebihan di depan umum.

Pengikut agama juga menjadi elemen penting dalam hal ini dimana pengikut agama juga harus saling mengingatkan pada sesama untuk berhati-hati dalam memilih guru agama sebagai pemandu mereka dalam menjalankan agamanya. Ada beberapa tipe pengikut agama yang harus terus di ingatkan oleh sesama pengikut agama yaitu:

  1. Pengikut agama yang baru kembali ke ajaran agamanya. (dalam islam dikenal dengan Hijrah).
  2. Pengikut agama yang baru memeluk agama (dalam islam dikenal dengan mualaf)

Dua tipe pengikut agama ini sangat rentan untuk dipengaruhi oleh pembuka agamanya dalam semua hal karena pengaruh anggapan bahwa agama yang mereka yakini adalah agama yang paling sesuai dengan keinginan mereka. Makanya mereka harus bisa mencari guru agama yang memang mengajarkan kebaikan dari agama tersebut bukan mengajarkan ujaran kebencian dan berimbas sangat buruk bagi agama yang mereka anut tersebut.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Sandiaga : Lupakan Perbedaan Politik , Mari Kita Bersama Berkontribusi Untuk Negeri

    Previous article

    Film The Santri antara Karya Film dan Islam Garis Keras

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi