Oleh: Rahayu Yun Putri

Selamat Hari Buku Internasional untuk seluruh pecinta buku di dunia!
Tanggal 23 April merupakan hari Buku Internasional. Sejarah World Book Day bermula ketika UNESCO menetapkan hari penting ini pada tanggal 23 April 1995. Tanggal ini dipilih karena merupakan wafatnya William Shakespeare dan penulis sejarah Spanyol terkemuka Inca Garcilao de la Vega.


Buku ialah lembar kertas kosong yang berjilid, berisi tulisan kosong, atau disebut juga dengan kitab (KBBI V). Jenis buku pun dibagi menjadi beberapa bagian dan memiliki fungsi tersendiri.
Berbicara mengenai buku, tentu berkaitan dengan pembaca. Pembaca ialah orang yang melakukan aktivitas membaca. Baik itu membaca tulisan cetak, tulisan di koran, maupun buku.


Membaca buku memiliki beberapa manfaat yang baik bagi kesehatan seseorang. Berikut manfaatnya.
Meningkatkan fungsi otak
Mengurangi stres
Meningkatkan kualitas tidur
Mengurangi gejala depresi
Mencegah penurunan kognitif akibat usia
Meningkatkan harapan hidup
Meningkatkan empati
Meningkatkan daya ingat
Mencegah penyakit alzheimer
Meningkatkan Konsentrasi


Berbicara mengenai minat baca, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah mengenai literasi dunia. Artinya minat baca masyarakan Indonesia sangat rendah. Menurut data UNESCO pada tahun 2019, minat baca Indonesia sangat memprihatinkan yaitu hanya 0,001% dengan artian, 1.000 orang Indonesia hanya satu orang yang rajin membaca buku.


Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Connecticut Stat Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 Negara soal minat baca, persis di bawah Thailand yang menduduki peringkat ke-59 dan di atas Bostwana yang menduduki peringkat ke-61. Padahal, segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa (Kominfo).


Hal yang mengejutkan bahwa meski minat membaca buku rendah, tetapi orang Indonesia mampu menatap layar ponsel kurang lebih sembilan jam per hari. Tidak heran dalam hal kecerewetan orang Indonesia berada pada urutan ke-5 dunia.
Hal ini membuktikan bahwa orang Indonesia paling rentang untuk menjadi sasaran penyebaran informasi provokasi, hoax, dan fitnah karena lebih senang membaca judul daripada isi, lebih suka membaca sekilas daripada mencari fakta-fakta yang ada. Anehnya lagi, berita-berita seperti provokasi lebih disukai dan diviralkan.


Media abal-abal pun tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang kurang minat membaca. Tampak sekali di sini mereka memanfaatkan kelemahan yang ada untuk mendapatkan cuan. Mereka terus-terusan menulis berita yang tidak ada faedah sama sekali sehingga mengalahkan media-media yang benar-benar kredibel dan sudah lama ada.


Solusi dari permasalahan ini pun tentu ada yaitu membangun literasi media dan menjembatani polarisasi itu. Saatnya kaum milineal dan generasi Z dibentuk melalui lembaga-lembaga resmi agar bisa menumbukan minat baca dan memilah-milah informasi yang ada di sosial media.

RAMADHAN PRODUKTIF : PART 2

Previous article

5 Keuntungan Memiliki Teman Berbeda Budaya

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini