Cover by : Muhammad Ilham

Oleh : Rahayu Yun Putri

Langit biru masih kokoh di atas sana. Mega-mega berangsur pergi ke ufuk timur dan barat ketika sarayu mengajaknya pergi. Pun burung-burung ikut pergi ketika mendapati nikmatnya hidup.

Di sini, di bumi ini. Seorang abdi, seorang badui, seorang pengelana sedang bersusah payah mencari Tuhan-nya. Mengapa dia mencari padahal Tuhan ada di dekatnya?

Senandika acap kali terjadi ketika logika dan hati tidak sejalan. Yah, tidak sejalan.

Ia sedang mempertanyakan mengenai agamanya sendiri.
Mengapa? Kenapa? Bagaimana? Apa? Siapa? Berapa? Di mana? Huh! Pertanyaan yang sering ia gumam ketika tak mampu bertanya kepada kawan sejawatnya.

Tuhanku mengajarkan belas kasih, tetapi mereka tidak. Tuhanku mengajarkan arti keberagaman, tetapi mereka meminta sama. Tuhanku mengajarkan arti perbedaan, tetapi mereka menuntunku agar mengikuti maunya. Tuhanku mengajarkan arti sebuah pendapat, tetapi mereka enggan menerima pendapat.

Lantas? Apa yang harus kulakukan untuk menyadarkan mereka?

Meneguk agama, meneguk keberagaman, meneguk kesenjangan, dan meneguk perbedaan telah kucoba pelan-pelan. Akan tetapi, mereka terus memaksa, memaksa, memaksa, dan terus memaksa seolah-seolah aku ini pendosa yang tidak akan diampuni dosanya oleh Tuhan.

Sejenak aku berpikir, ketika Tuhan memberi perintah, mengapa mereka ikut-ikutan memerintah? Apakah mereka ingin menjadi Tuhan? Kacau! Benar-benar kacau!

Porsi agamaku hanya sekadar untukku. Aku tidak akan mengaum terlalu lantang jika Tuhanku tidak menyukai aumanku. Biarlah porsi ini kuteguk dan kukunyah sendiri.

Urusan dosa dan pahala? Cukup aku dan Tuhan yang tahu.

Cover : Muhammad Ilham

Pesan Direktur Pencegahan BNPT RI Kepada Penulis Kontra Propaganda Teroris

Previous article

Mewarnai Indonesia

Ditulis Oleh: Fransiska Indriyani Lase

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *