Setiap Daerah pasti memiliki daerah tertua yg menjadi asal mula berkembangnya kebudayaan di daerah tersebut. Tidak terkecuali wilayah Minangkabau.
Masih bertentangan pendapat para ahli tambo tentang yang mana negeri tertua di Minangkabau. Tetapi dapat dibenarkan sekitar Periangan Padang Panjang itulah terdapat negeri-negeri tertua di Minangkabau. Hanya berbeda dalam jangka waktu yang hampir bersamaan.
Ada yang menerangkan negeri tertua adalah:
Sungai Jambu – Negeri ini dianggap negeri yang tertua disebabkan banyak sekali bekas-bekas dan peningggalan dari zaman ninik moyang yang mula pertama datang seperti:
- Galundi nan Baselo serta bekas perumahan Datung Ketemenggungan dan Datuk Perpatih nan Sebatang.
- Sawah Gadang “stampang banih” dan batu sajamba makan.
- Bukit Siguntang-guntang.
- Balai Seruang (Balai tertua).
- Tempat yang bernama Luhak dan Tanah Datar.
- Menjadi pusat kampung Koto Piliang.
Kalau ninik moyang yang mula-mula datang memudiki batang Kuantan maka didaerah ini berhulu dua sungai anak batang Kuantan yaitu batang Malano dan batang Bengkawas. Dihulu batang Malano inilah terletak negeri Batur yang asalnya: baatur yaitu disinilah adat mula diatur.
Periangan – Pendapat yang kedua menerangkan negeri yang tertua ialah Periangan. Menurut pendapat disinilah Datuk Suri Dirajo mendapat putera dari isterinya Indah Jelita yakni Datuk Ketemenggungan. Jadi yang mendirikannya ialah Sri Maharajo Dirajo.
Bukti-bukti Historis
Menurut pendapat kedatangan Seri Maharajo Dirajo pada mulanya belum membuat tempat tinggal melainkan diam dalam gua atau ngalau. Sehingga beliau dijuliki juga Datuk Dingalau. Kemudian disana terdapat Balai nan Tigo, Sawah Gadang Setampang Banih, Kuburan Datuk Tan Tejo Garhano, dll.
Tetapi itu sebenarnya tidaklah masalah penting sebab kedua tempat itu dan beberapa tempat lain memang dianggap daerah-daerah tertua di Minangkabau hanya tak mungkin lagi menentukan mana benar yang paling tua. Dan kemungkinan juga kedua tempat itu sama-sama didiami oleh nenek moyang kita yang sama-sama memudiki batang Malano dan batang Bengkawas.
Comments