Tujuh hari … dua belas jam … lima puluh enam menit, dan tiga puluh tiga detik, mega-mega kelabu membentang dari ufuk timur ke ufuk barat, menyiratkan duka yang tak banyak orang mengerti. Menggambarkan kisah yang tak sepatutnya berkisah. Seolah-olah, anak badui akan menyalahkan waktu untuk seterusnya pada kanin yang belum sembuh. Pilu.

Pukul delapan lewat tiga puluh delapan menit, kekasih Allah telah kembali ke tempatnya berada. Menuju halaman terakhir dari kehidupan dunia, walau sebenarnya benar-benar belum halaman terakhir. Segala pengajaran yang ada, akan terpatri kuat dalam kalbu mereka yang mengenal, melihat, dan mengingat.

Lagi! Air mata pertiwi kembali jatuh ketika kekasih Allah kembali. Seribu satu alasan meminta untuk tinggal, tetapi sang Mahaesa tidak mengizinkan untuk tinggal. Apalah daya, kita hanya bisa mengenang segala kisah yang berkisah.

Sejuta doa untuk kekasih Allah, terucap tanpa sadar, terdengar tanpa sengaja, dan teringat tanpa dipinta. Seolah-olah kekuatan gaib telah merasuki setiap insan yang berduka untuk mengirim pesan-pesan damai di kala saat-saat terakhir.

Harapku, berkumpullah engkau wahai kekasih Allah. Janah menunggumu, azab kubur ringan untukmu, surga kelak tempatmu berada.

Aamiin.

INA, 14 Januari 2020.

Oleh : YUKI YUI

Syeikh Alijaber Wafat Dalam Kondisi Negatif Covid-19

Previous article

Vaksin Covid-19 Dan Narasi “Kebodohan”

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *