Bermufakatlah Datuk Ketemenggungan dan Datuk Perpatih nan Sebatang untuk mencari daerah-daerah baru karena penduduk semakin ramai. Berangkatlah Datuk Ketemenggungan dengan pengiringnya menuju ke sungai Solok yang bernama “Batang Teranjur”. Disana beliau kawin dengan seorang perempuan dan memiliki dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Keturunan anak-anaknya itulah yang kemudian akan menjadi nenek dari Anggun nan Tongga Magek Jabang yang terkenal itu.
Setelah masing-masing mengembara dalam daerah taklukannya kembalilah mereka ke Pariangan Padangpanjang. Kehidupan masa itu pun berlanjut sebagaimana mestinya. Datuk yang berdua memimpin dengan adil dan bijaksana.
Tetapi beberapa lama kemudian teringat pula oleh mereka akan merantau lebih jauh yaitu menyewang samudera mulai dari Pariaman sampai ke tanah Aceh. Sekali waktu pelayaran itu kapal mereka kandas disebuah karang karena pasang sedang surut. Dalam kesulitan tersebut hanya kemenakan saja yang mau berkorban tenaga untuk memperbaiki kapal sedang anak-anak mereka hanya berpangku tangan saja.
Berkatalah salah seorang cerdik pandai dalam rombongan tersebut bahwa “Janganlah kita berikan harta pusaka kepada anak-anak melainkan serahkan saja kepada kemenakan”. Ninik mamak yang lain menyetujui usul tersebut sehingga harta pusaka kaum adat turun kepada kemenakan bukan kepada anak. Demikianlah sebab harta turun kepada kemanakan menurut Tambo Minangkabau.
Artikel telah tayang di Tambo Minangkabau
Comments