Dunia percintaan, hukum agama, dan hukum pernikahan tengah dihebohkan adanya foto pernikahan yang tidak lazim. Jika biasanya berita yang menggegerkan warga Indonesia yang tersebar luas di dunia nyata maupun dunia maya adalah pernikahan dini, pernikahan beda umur yang terpaut jauh, atau pernikahan dengan pesta yang sederhana hingga pesta yang sangat mewah, kini warga dihebohkan dengan adanya foto pernikahan beda agama.

Hal tersebut dianggap tabu dan tidak lazim lantaran dianggap tidak sesuai dengan hukum agama maupun hukum pernikahan di negara kita tercinta. Kejadian tersebut tentu membuat seluruh lapisan masyarakat seketika menjadi hakim dan langsung menghakimi pasangan tersebut.

Terlepas dari hal tersebut, penulis hanya ingin berbagi nasihat pernikahan dari seorang guru spiritual India yang berasal dari Suku Sakya, adapun nasihat pernikahan tersebut adalah sebagai berikut;

  1. Memiliki keyakinan yang sama. Memiliki keyakinan yang sama bukan hanya semata-mata memiliki agama yang sama, memang benar dengan memiliki agama yang sama akan lebih mudah menentukan tujuan rumah tangga, tetapi ternyata banyak juga rumah tangga yang dibangun berdasarkan kesamaan agama akhirnya hancur berantakan bahkan saling membunuh. Memiliki keyakinan yang sama lebih ditekankan agar pasangan suami istri sama-sama memiliki keyakinan terhadap pasangannya, bayangkan apa jadinya jika kehidupan keluarga saling mencurigai. Selain itu juga sama-sama yakin dapat melewati suka duka bersama sehingga tetap bersatu untuk selamanya.
  2. Memiliki moralitas yang sama baiknya. Kehidupan rumah tangga akan harmonis jika antara suami dan istri sama-sama memiliki moralitas yang baik, sehingga suami istri tersebut akan dapat saling menjaga kehormatan masing-masing dan puas dengan suami maupun istri yang dimiliki. Moralitas yang baik terdiri dari; tidak melakukan penganiayaan/pembunuhan, tidak melakukan pencurian, tidak melakukan perselingkuhan/zinah, tidak berkata yang tidak benar (berbohong, memfitnah, omong kosong, berkata kasar), dan tidak mabuk-mabukan.

Pasangan suami istri yang memiliki moralitas yang baik akan menyayangi suami atau istrinya, menjaga kekayaan keluarga, setia, jujur, dan menjaga kesadarannya dengan tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang memabukkan, maka kebahagiaan keluarga akan lebih mudah diperoleh.

  1. Memiliki kemurahan hati yang sama. Pernikahan bukan hanya penyatuan antara dua insan yang berbeda tetapi juga penyatuan dua keluarga besar, dalam keluarga hendaknya saling tolong-menolong tidak peduli yang membutuhkan pertolongan dari pihak suami atau pihak istri, akan dengan senang hati memberikan pertolongan. Suami istri yang sama-sama memiliki kemurahan hati akan dengan senang hati menolong anggota keluarga yang lainnya, bayangkan apa jadinya jika suami atau istri hanya peduli dengan keluarganya sendiri-sendiri dan tidak mau peduli dengan kesusahan dari kelurga pasangannya apa yang akan terjadi pada kelurga tersebut?. Pasangan yang memiliki kemurahan hati yang sama akan bahagia jika melihat pasangannya memberikan bantuan baik kepada kelurga besar bahkan kepada orang lain.
  2. Memiliki kebijaksanaan yang sama. Pasangan yang memiliki kebijaksanaan yang sama akan dapat memahami dengan benar tentang konsep kehidupan yang diselimuti dengan penderitaan/hal-hal yang tidak memuaskan, tidak ada yang abadi/selalu berubah. Sehingga pasangan tersebut dapat mengambil keputusan dengan bijaksana terhadap segala situasi dan kondisi.

Pasangan suami istri yang dapat melaksanakan keempat hal tersebut sebut akan lebih mudah memperoleh kedamaian, keharmonisan, dan kebahagiaan kehidupan rumah tangga.

Dapat di tarik kesimpulan bahwa secara garis besar suami istri harus sepenuhnya sadar bahwa mereka sudah ada yang memiliki, sadar akan tugas dan tanggung jawab masing-masing, sadar jika melakukan kesalahan akan berakibat fatal bagi keluarga mereka, suami istri harus melakukan kebajikan dan suami istri harus menjaga kesucian pikiran, ucapan dan perbuatan mereka sehingga dapat menjaga kesucian cinta mereka.

Penulis hanya berharap hendaknya kita tidak menghakimi keputusan pernikahan seseorang, karena hanya pasangan tersebut yang tau kebahagiaan seperti apa yang mereka inginkan dan bagaimana beratnya perjuangan mereka untuk dapat menikah dengan seorang yang beda keyakinan.

Jika ingin menghakimi orang hendaknya kita menempuh pendidikan yang lebih tinggi sesuai jalurnya, sehingga kita bisa menjadi hakim yang sesungguhnya.

Suyadi

3 Kota Di Sumbar Kembali Jadi Kota Paling Tidak Toleran Di Indonesia

Previous article

SOSIAL MEDIA SEBAGAI MEDIA MENYEBARKAN PERDAMAIAN

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini