Oleh: Ivanium Basmai
  
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.

Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah dan lain sebagainya. Hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba, yaitu memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. 

Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis. secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang  artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis.
Sedangkan untuk teknologi sendiri pada awalnya muncul untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Namun pada saat ini sikap dan cara manusia memandang dunianya dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi. 

Ketika suatu bangsa ingin berhasil, maka tentu ia harus menguasai teknologi yang bersifat positif. Gawai dengan segala  pesonanya berfungsi sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi, mengakses informasi, sebagai media , sebagai penyimpan data, sarana hiburan, gaya hidup dan tentunya sebagai pemberi kemudahan untuk umat manusia. Kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaan yang berbeda-beda.

Semakin berkembang pesatnya zaman, maka teknologi juga semakin terbarukan. Sehingga dunia literasi sebenarnya akan semakin mudah untuk terus dikembangkan. Hanya saja penggunaan media sosial yang kurang efektif bisa menimbulkan dampak yang signifikan untuk dunia literasi itu sendiri, baik itu dampak negatif maupun dampak positif. 

Beberapa contoh saat ini adalah penggunaan gawai yang pada dasarnya memiliki banyak manfaat, para pelajar bisa dengan sangat mudah mengakses informasi seputar pelajaran sekolah dan para pencari kerja pun memiliki jaringan yang luas untuk mencari lowongan pekerjaan. Sedangkan dampak negatif gawai diantara lain seperti menyebabkan seseorang mencari jalan yang instan untuk menyelesaikan persoalan, yaitu dengan menghadirkan generasi salin-rekat (copy-paste), selain itu kerusakan mata akibat radiasi dari gawai dan memasung kreatifitas dan percaya diri masyarakat. Belum lagi penyalahgunaan terhadap situs dewasa yang dengan mudah dijangkau.

Terlepas dari dampak negatif atau positif dari kecanggihan teknologi, sebenarnya semua itu tergantung bagaimana kita bisa menyikapi dengan bijak. Dengan kiat dan langkah yang tepat kita akan mampu menyeimbangkan keinginan dan kebutuhan terhadap gawai.Salah satu langkah ataupun peran yang bisa diambil oleh generasi muda dalam rangka meningkatkan literasi di zaman digitalisasi dan teknologi ini adalah memberikan kontribusi dalam berbagai aspek, salah satunya bergabung dengan badan, lembaga ataupun organisasi yang pada dasarnya bermanfaat untuk mencapai tujuan dari pemerintah mengenai pendidikan yang lebih baik. 

Dengan bergabung di Ikatan Duta Bahasa Sumatra Barat dan Duta Damai Sumatra Barat adalah salah satu jalan bagi saya untuk menyampaikan ide dan pikiran terkait isu bahasa dan literasi pada saat sekarang ini. Mengajak anak-anak dan masyarakat yang belum terlalu menyadari betapa pentingnya literasi adalah salah satu kewajiban kita sebagai generasi muda yang sudah paham dengan dunia teknologi itu sendiri, karena terkadang yang diketahui anak-anak dan masyarakat dari gawai hanya hiburan dan media sosial semata. 

Mempermudah mereka mendapatkan informasi seputar literasi dengan berbagai pendekatan bisa kita lakukan, salah satunya yaitu dengan mengunjungi berbagai tempat yang biasa dijadikan tempat berkumpul para anak muda seperti masjid, sekolah dan taman, lalu berbaur serta beradaptasi dengan mereka juga merupakan suatu hal yang sangat wajib untuk di terapkan, karena orang lain akan menghargai kita jika kita mampu terlebih dahulu menghargai mereka, setelah membuat ikatan yang baik dengan mereka disaat itulah kita mengedukasi mereka mengenai cara memanfaatkan gawai secara cerdas yaitu memanfaatkan nilai-nilai positif dari gawai seperti belajar dan mencari informasi serta menghindari nilai-nilai negatif dari gawai tersebut seperti menjadi plagiat dan penyebar berita yang tidak benar. 

Dengan menyadarkan pentingnya dan manfaat literasi kepada masyarakat Indonesia serta kemudahan memperolehnya melalui gawai bisa meningkatkan jiwa gemar membaca masyarakat indonesia, sehingga dapat menjaga esensi dari bahasa Indonesia itu sendiri, karena dengan membaca terkhususnya buku-buku pendidikan akan menambah kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menambah wawasan dan pengetahuan mereka, dengan begitu akan banyak masyarakat Indonesia yang memhami bahasa indonesia yang baik dan benar, sehingga meminimalisasi penggunaan bahasa yang tidak sesuai konteks atau mencampuradukan bahasa, serta meminimalisai penggunaan gawai untuk hal-hal negatif. (*) 

dutadamaisumbar

KARTINI DI ERA KLASIK

Previous article

R.A Kartini Gerbang dan Jembatan untuk Perempuan Berpendidikan Tinggi.

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini