“Saya ucapkan  selamat hari Kartini bagi perempuan-perempuan Indonesia. Jadilah diri sendiri sebagai perempuan Indonesia dengan segala keunikanmu.”

Dilingkup Indonesia, Seorang Kartini dikenang sebagai pendobrak emansipasi wanita Indonesia. Apa yang menengarai hal tersebut? Apakah hanya karena Beliau dalam posisi terpaksa menjadi istri keempat Bupati Jepara, ataukah Beliau banyak menyuarakan perjuangan tentang kesetaraan gender wanita kala itu? Apapun alasannya adalah kewajiban kita mengenangnya sebagai perempuan berjasa untuk wanita Indonesia. Tapi  Saya yakin selain seorang Kartini masih banyak wanita lain yang juga inspiratif kala itu, hanya saja kiprah mereka kurang terdokumentasi dengan baik, sehingga tidak ada catatan pendukung untuk mempublikasikannya, dan tidak terekspose dengan maksimal. Sehingga sangat relefan jika nama Kartini menjadi simbol pergerakan kemerdekaan wanita bahkan muncul ungkapan Kartini masa kini.

Lantas bagaimana emansipasi wanita Nusantara pada era kasik (Zaman Kerajaan), berikut Perempuan Pemimpin Nusantara pada era klasik;

Sesungguhnya di masa lalu sudah banyak peran perempuan yang menjadi pemimpin besar di jamannya. Mereka adalah para perempuan tangguh, kuat dan terberkati hingga kuat menerima mandat besar untuk memimpin dan melahirkan Raja dan Ratu besar di Nusantara. Tercatat dalam sejarah,  dikisaran tahun 600-an, ada Ratu Shima, Kendedes, Gayatri Rajapatmi, Tribuana Tunggadewi, Suhita dan lainnya.

Kali ini saya akan membahas tentang Sang Gayatri Rajapatmi, Sang Prajna Paramita, Sri Prameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari,  Sang arsitek berdirinya Majapahit. Anak Bungsu Kertanegara dari kerajaan Singasari ini sesungguhnya arsitek utama berdirinya Majapahit bersama Diah Wijaya sang suami hingga menjadikan Majapahit besar dan mendunia. Sri Prameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari yang melahirkan pemimpin-pemimpin besar Majapahit selanjutnya. Perannya sangat dominan mulai dari rencana pendirian Majapahit, pendirian Majapahit, hingga menjadikan putrinya Tribuana Tunggadewi menggantikannya sebagai pemimpin, yang seharusnya Beliaulah Ratu selanjutnya setelah sepeninggal Raja Jayanegara (pengganti Diah Wijaya). Beliaulah yang menjadikan seorang Gajah Mada menjadi seorang Majapatih  yang mendampingi Tribuana Tunggadewi, dan Hayam Wuruk (cucunya). Beliaulah yang sesungguhnya menghidupkan kembali semangat penyatuan Nusantara yang pernah dirintis oleh Orangtuanya (Kertanegara) lewat Ekspedisi Pamalayu ketika masa jayanya Singasari. Beliau adalah perempuan Multi talented yang memilih berperan di belakang layar mengukir dan mencetak sejarah gemilang Majapahit. Beliau meletakkan ego diri dan menyerahkan tampuk kepemimpinan Majapahit kepada sang Putri Tribuana Tunggadewi dan mendampinginya di belakang layar. Beliau sendiri memilih  menjadi seorang Bhiksuni .

Pada catatan sejarah Nusantara, sosok Gayatri Rajapatmi adalah cermin wanita bijak dan arif. Beliau memilih menjadi seorang “Ibu Suri” bagi penguasa Majapahit, melahirkan penguasa selanjutnya Majapahit. Ditengah pilihan menggoda menjadi seorang Ratu , Beliau memilih berperan di belakang dan mengangkat putrinya untuk menggantikannya yaitu Tribuana Tunggadewi, menjadi penguasa selanjutnya setelah sepeninggal Raja Jayanegara, yang nantinya menjadi Ratu paling masyhur dalam sejarah keemasan Majapahit.

Gayatri Rajapatmi memilih menjadi pertapa (seorang Bhiksuni) dan berperan di belakang layar untuk mendukung kemajuan Majapahit. Beliau tidak memikirkan ego diri untuk duduk di tampuk kursi penguasa, karena beliau dipahamkan bahwa perannya akan lebih besar untuk mengukir kegemilangan Majapahit di masa yang akan datang. Beliau tidak silau oleh jabatan kekuasaan, karena panggilan Jiwanya adalah sebagai “pencetak” penguasa besar di masa yang akan datang. Beliau memilih menjadi seorang Bhiksuni, tidak akan turun ke tingkat yang lebih rendah karena kekuasaan.

Gayatri Rajapatmi, Sanga PRAJNA PARAMITA, Sang Dewi Kebijaksanaan Tertinggi. Mau tidak mau sejarah harus mengakui bahwa Beliaulah Founder dari Majapahit bersama Diah Wijaya, Beliaulah  sang arsitek  keemasan dan kegemilangan Majapahit mulai dari era Diah Wijaya, era Tribuana Tunggadewi (putrinya) , dan era Hayam Wuruk (cucunya), Beliaulah Sang pencetus ide SUMPAH AMUKTI PALAPA, sebuah sumpah untuk menyatukan Nusantara, dengan memerintahkan Maha Patih Gajah Mada untuk mengawal  tujuan ini, yang sebenarnya melanjutkan misi Ekspedisi Pamalayu dari Bapaknya, Raja Kertanegara Singasari. Beliau tidak hanya melahirkan para pemimpin dari rahimnya, tapi juga lewat pemikiran-pemikiran, kebijakan-kebijakan, dan dari akal pikiran yang matang serta runtut sesuai mandatnya. Gayatri Rajapatmi adalah contoh nyata Perempuan Nusantara dengan perannya yang melebihi kaum laki-laki di masanya. Lantas bagaimana dengan perempuan masa kini? Jangan berhenti berkarya wahai Para Perempuan Nusantara, terus bergerak nyata dibidang masing-masing dengan segenap hati. Segeralah mengukir sejarah untuk masa depan yang lebih gemilang dengan cara yang benar.

Suyadi

Mengenal RA. Kartini-nya Sumatera Barat

Previous article

Pentingnya Peran Generasi Muda dalam Kemajuan Literasi di Era Digital dan Teknologi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *