Literasi begitu penting dalam kehidupan manusia, apalagi manusia yang hidup di zaman teknologi yang serba canggih. Karena kemampuan literasi ini akan menjadi kunci sukses manusia untuk berproses menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan berperadapan, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi ini adalah dengan banyak membaca buku.

Banyak efek yang akan ditimbulkan dengan kemampuan literasi yang meningkat, salah satunya dapat membantu pembangunan yang berkelanjutan dengan pemberantasan kemiskinan, pertumbuhan penduduk, pengurangan angka kematian dan sebagainya. Cara yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi anak adalah dengan cara memperbanyak membaca buku. Meskipun budaya masih banyak daerah di Indonesia yang minat bacanya rendah, serta kemampuan literasi yang masih rendah. 

Ada beberapa faktor yang membuat minat membaca masyarakat Indonesia menjadi rendah, diantaranya belum ada pembiasaan dalam keluarga membaca sejak dini, karena anak-anak adalah peniru ulung, kebiasaan orang tua dan anak-anak biasanya mengikuti. Untuk itu lingkungan keluarga dalam mengajarkan kebiasaan membaca menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan literasi. 

Faktor lain yaitu akses fasilitas pendidikan belum merata dan minimnya kualitas sarana pendidikan. Karena masih banyak anak-anak yang putus sekolah, sarana sekolah yang tidak mendukung proses belajar mengajar. Selain itu, masih kurangnya produksi buku sebagai dampak masih kurangnya penerbit di daerah, royalti yang diterima penulis masih rendah, serta adanya kewajiban pajak bagi penulis, sehingga memadamkan semangat untuk menulis. 

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi rendahnya literasi, misalnya dengan bermunculan gadget. Banyak orang bermain sosial media daripada membaca buku.  Tak hanya pengaruh internet dan gadget, juga buku-buku cerita yang menarik minat anak juga masih kurang, yang kebanyakkan yaitu buku pelajaran. Selain itu, literasi awal dalam keluarga sangat berperan penting terhadap pengembangan literasi anak.

Sayangnya, hal ini belum berkembang. Karena literasi awal anak lebih berfokus pada sekolah daripada di rumah. Fenomenanya, orangtua lebih banyak mengajak anak-anak bermain di mall daripada membawa anak-anak ke toko buku ataupun mengunjungi ke perpustakaan. Usia dini yang berkisar antara 0 sampai 8 tahun adalah usia emas (golden age) di mana pada masa itu, otak anak berkembang demikian pesatnya hingga 80%. Untuk itu pada masa usia dinilah, perlu adanya rangsangan yang baik agar otak anak berkembang dengan baik pula. Di rumah orangtualah yang sangat berperan sebagai pengawas tumbuh dan berkembangnya anak-anak, orangtua bertugas menambah pengetahuan, terutama seputar pertumbuhan anak. 

Namun, orangtua tidak bisa memaksakan pertumbuhan anak sesuai kemauannya, seperti menyuruh belajar di luar kemampuan anak dengan maksud agar anak mereka kelak menjadi pintar. Yang terpenting sebagai orangtua harus menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dengan penuh kasih sayang karena anak-anak suka meniru kebiasaan orang-orang terdekatnya. 

Oleh karena itu, stimulasi literasi awal kepada anak harus dimulai sejak dini, dimulai dari tahun pertama kelahirannya. Bisa melalui cerita-cerita maupun pengalamannya dengan buku-buku. Menurut Resmini (2012:4) terdapat tiga jenis literasi yaitu : 

  1. Literasi visual

Merupakan kemampuan untuk mengenali penggunaan garis, bentuk dan warna dibuat dengan gambar sehingga menarik bagi anak. 

  • Literasi lisan 

Merupakan kemampuan berbicara atau mendengarkan, dilakukan dengan cara memberikan lirik lagu-lagu, syair dan pantun. 

  • Literasi terhadap teks tertulis 

Merupakan sebuah aktivitas langsung yang berhubungan dengan teks tertulis melalui bentuk pembacaan atau penulisan.

Gita Ivani Gresela Waruwu

Hypnobirthing bisa menjadi solusi inovatif untuk menangani kecemasan Ibu hamil

Previous article

Silsilah Rumah Kelahiran Bung Hatta

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi