Di penghujung 90-an, euforia kancah nu metal kian bergerumuh. Di segala penjuru dunia seketika mulai perlahan mengubah haluan meninggalkan wilayah kekuasaan grunge menuju ‘metal baru’. Hegemoni Kurt Cobain dkk dinilai mulai stagnan secara pendekatan tren. Hal tersebut layaknya karma yang pernah terjadi ketika grunge berhasil menduduki singgasana glam metal hampir tiga dekade silam.
Lahirnya kancah nu metal sebenarnya merupakan spontanitas. Uniknya sebuah kolaborasi mampu menciptakan subgenre musik. Pertama-tama kolaborasi lintas genre antara Aerosmith dengan aliansi hip hop Run DMC di nomor “Walk This Way” jadi pembuka jalan, sampai di awal 90-an grup cadas Anthrax juga melakukan hal yang serupa bersekutu bersama Public Enemy di single “Bring The Noise”.
Konseptor potensial seperti Korn, Deftones hingga Slipknot pun langsung didaulat sebagai idola baru kala itu. Ekspansi besar-besaran di bawah panji bendera nu metal mulai menyebar cepat ke kuping para penggila rock. Hal ini menyebabkan sekumpulan penggila musik mulai menanggalkan atribut flanel serta jeans belel mereka ke tampilan lebih sporty namun terkesan goth secara beriringan.
Di Indonesia sendiri ingar-bingar nu metal mulai terasa gaungnya di pembuka kalender milenium. Namun uniknya frasa nu metal lebih dikenal awam pribumi dengan istilah ‘hip metal’. Di awal 2000-an terdapat beberapa pegiat nu metal sempat meramaikan belantika tanah air. Kehadiran mereka nyatanya cukup memberi warna baru dalam lanskap rock tanah air.
Namun seiring bergulirnya waktu, ada beberapa band yang masih coba bertahan dan konsisten, tapi ada pula yang memutuskan untuk bubar.
SCOPE
Di pembuka milenium nama Scope sempat eksis dan mencuri perhatian para penggemar musik nusantara. Kuartet yang beranggotakan oleh Steven (vokal), Rico Murry (drummer), Erwin (gitar), dan Asep Bores (bass) mampu memberikan warna musik baru di industri musik lokal. Genre nu metal yang diusung Scope juga menambahkan sentuhan ska, alternative metal hingga funk di dalamnya.
Selama masa bakti di belantika, Scope cukup produktif dengan merilis 3 album penuh yaitu, Proses (1999), Bergerak (2002) dan Boneka (2007). Beberapa hit single semacam “Jangan Paksa Aku (Siti)”, “Over Dongo” dan “Ingin” sempat wara-wiri muncul di layar kaca. Namun seiring meredupnya nu metal, akhirnya mereka memutuskan untuk bubar. Vokalis Scope, Steven juga dikenal luas publik sebagai garda depan dari unit reggae kenamaan Steven & Coconut Treez.
7 KURCACI
Meski kala itu banyak bermunculan band-band nu metal di segala penjuru nusantara, tapi sedikit pula kelompok musik yang sukses mengecap kejayaan di industri musik nasional. Di antara jajaran band sukses tersebut terdapat nama 7 Kurcaci. Band asal Kota Bandung itu dibentuk tahun 1998 lalu, terpengaruh oleh komplotan elit nu metal dunia semacam Limp Bizkit dan Korn.
7 Kurcaci boleh berbangga, pasalnya mereka sempat bernaung di bawah label mainstream seperti Musica Studio dan mengibarkan bendera nu metal. Selama hampir dua dekade berkarier, 7 Kurcaci telah menelurkan 3 album penuh yakni Malam Minggu (2000), 2 Da Beat (2003) dan Stick Together (2014). Deretan hit mereka seperti “Malam Minggu” dan “Ini Bukan Lagu Cinta” sempat jadi lagu anthem nu metal se-Indonesia. Sampai saat ini 7 Kurcaci masih eksis, meski sempat menghilang dari perorbitan musik dan seiring meredupnya kancah nu metal di Indonesia.
KRIPIK PEUDEUS
Sesuai dengan nama nyentriknya, Kripik Peudeus merupakan salah band independen cadas yang sempat meramaikan riuhnya industri musik Indonesia. Mereka juga sering kali dianggap sebagai rajanya pensi di pembuka milenium. Konsep musik yang diusung Kripik Peudeus berakar pada band-band maupun kolektif hip hop seperti Anthrax, Faith No More, Beastie Boys, Wu-Tang Clan, Dog Eat Dog dll.
Di tahun 2002 lalu, Kripik Peudeus melesakkan album penuh perdana berjudul Rockin Da Empire. Opus ini dirilis oleh label independen Sirkus Records dengan single jagoan “Lepas Kendali”. Walau berada di zona independen, nama Kripik Peudeus nyatanya cukup populer di kalangan awam. Bahkan beberapa lagu mereka sempat malang melintang mengudara di berbagai radio di Jakarta dan sekitarnya.
SAINT LOCO
Jika ada yang bertanya, “Siapa band nu metal paling sukses se-Indonesia?” Maka tak salah jika kamu menyebutkan nama Saint Loco ke dalam daftar tersebut. Kelompok musik yang terbentuk sejak tahun 2002 itu, hingga kini masih tetap tetap eksis di kancah nu metal nusantara. Awal mulanya mereka hanya sekumpulan pemuda penggila musik yang berkumpul dan jamming membawakan hit single “Jump Around” milik pasukan hip hop kenamaan House of Pain.
Salah satu opus Saint Loco bertajuk Rock Upon A Time (2004) merupakan karya terlaris mereka serta berperan dalam melambungkan nama Berry Manoch dkk di belantika. Tak tanggung-tanggung angka penjualan album terjual hingga 15 ribu kopi hanya dalam waktu dua bulan. Di album debutnya terdapat single “Hip Rock” yang jadi track andalan mereka. Kesuksesan Saint Loco pun berlanjut di album Vision For Transition (2006) yang turut menetaskan dua single berjudul “Terapi Energi” dan “Kedamaian”, berduet dengan Astrid.
PURGATORY
Di awal 2000-an tren band bertopeng seram ala horor kian mewabah akibat dampak kesuksesan Slipknot dalam menebar kengerian di industri musik. Salah satu band tanah air bertopeng seram adalah Purgatory. Band cadas yang didirikan pada tahun 1994 lalu itu terkenal sebagai band metal dengan mengusung tema-tema religius di dalamnya.
Awal terbentuknya mereka sering membawakan lagu-lagu band metal prominen seperti Obituary dan Sepultura. Tepat di tahun 2002, Purgatory secara resmi memutuskan untuk menggunakan topeng dan menambah seorang personel DJ untuk melengkapi nuansa khas nu metal yang kerap kali menggunakan instrumen turntable set tersebut. Purgatory telah merilis beberapa album penuh selama berkarier, namun opus 7:172 (2003) adalah album paling populer mereka yang turut didistribusikan oleh Sony Music Indonesia. Salah satu single di dalamnya berjudul “M.O.G.S.A.W.”
GUILTY PARTIES
Di dalam daftar band selanjutnya terdapat nama Guilty Parties. Ya, unit nu metal asal Kota Kembang itu kerap disandingkan dengan Rage Against The Machine karena kemiripan mereka secara konteks musikalitas. Kendati demikian, Guilty Parties tak serta merta terjebak di zona sang idola.
Single “Tak Terkendali” yang masuk di album Stagnansi (2000) sempat gencar diputar di pertelevisian kala itu. Selain melepas karya Guilty Parties juga rajin memeriahkan pentas-pentas pensi SMA. Setelah memutuskan bubar, sang vokalis Dhana kini memilih menjalani karier sebagai rapper dengan memakai moniker Mizta D yang dikenal publik lewat lagu “Memble Tapi Kece”.
Itulah enam band beraliran NU Metal atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan Hip metal. Yang mengusung aliran metal dinamis dipadukan dengan hip-hop yang keren. Apakah diantara 6 band diatas adalah band favorit Anda di era tahun 90-an?
Comments