Dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan dan menginginkan hubungan secara damai dengan negara lain, Taliban berjanji akan memenuhi hak-hak perempuan sesuai dengan hukum syari’at Islam. Pernyataan tersebut diumumkan saat Amerika Serikat dan sekutu Barat mengevakuasi diplomat dan warga sipil mereka sehari setelah kekacauan di bandara Kabul.
Meski menjamin hak perempuan, namun kelompok yang dinilai sebagai ekstrimis itu tetap melarang kaum hawa bekerja dan menyuruh mereka agar dirumah. Hal itu disampaikan langsung oleh juru bicaranya Zabihullah Mujahid.
“Untuk perempuan tidak boleh bekerja dan harus tetap dirumah, ini dilakukan untuk memastikan keselamatan mereka dan prosedur ini bersifat sementara”-ucap Zabihullah
Zabihullah menambahkan, wanita dilarang untuk meninggalkan rumah sampai mereka mendapatkan kemenangan secara penuh serta memiliki sistem keamanan yang maksimal.
“Pasukan keamanan kami tidak dilatih untuk berhadapan dengan wanita, bagaimana berbicara dengan wanita, beberapa dari mereka. Sampai kami punya keamanan yang penuh, kami minta para wanita untuk tetap di rumah,” tambahh Zabihullah dikutip dari detik pada (25/821).
Adanya larangan tersebut turut direspon oleh Komisioner HAM PBB Michelle Bachelet, ia mengaku khawatir dan menilai kebijakan itu akan mengakibatkan terjadinya perlakuan tidak pantas terhadap kaum wanita seperti yang dahulu pernah dilakukan oleh kelompok Taliban.
“Perlakuan Taliban terhadap perempuan yang akan menjadi batas mendasar yang keamanannya tidak lagi bisa dijamin,” kata Bachelet pada sesi darurat forum, yang diadakan atas permintaan Pakistan dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dikutip dari Republika.
Selain itu Menurut Bachelet, keanekaragaman etnis dan agama minoritas di Afghanistan juga berisiko mengalami kekerasan serta penindasan. Hal tersebut berdasarkan pada pola pelanggaran serius yang sebelumnya pernah terjadi dibawah pemerintahan Taliban dan laporan pembunuhan serta serangan yang ditargetkan dalam beberapa bulan terakhir.
Comments