Penulis Saidun Fiddaraini

Pasca reformasi, Indonesia pernah dianggap sebagai salah satu negara paling toleran; tempat agama dan demokrasi dapat hidup secara berdampingan. Akan tetapi, citra tersebut mulai diragukan dalam satu dasawarsa terakhir. Munculnya pelbagai fenomena, seperti aksi penyerangan terhadap masjid Ahmadiyah di Tempunak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) oleh sekitar 200 orang pada Jumat (3/9/2021) lalu, menggambarkan tren intoleransi yang semakin meluas di masyarakat Indonesia.

Memang, beberapa tahun terakhir persoalan intoleransi masih menjadi problem akut yang dihadapi bangsa Indonesia, baik diranah offline maupun online. Pun juga berpotensi melahirkan konflik, benturan dan kekerasan yang bernuansakan perbedaan primordial.

Tak hanya itu, ia juga dapat memunculkan sikap saling menyalahkan dan penuh kecurigaan bahwa agama sumber penyebab segala bentuk konflik; mulai dari tindak kekerasan, kebencian, permusushan hingga peperangan dahsyat di antara sesama manusia yang berujung pada lahirnya aksi radikalisme-terorisme. Ini artinya, tantangan kebangsaan ke depannya semakin berat selain persoalan radikalisme, ekstremisme dan terorisme, juga maraknya sikap intoleran yang kian membahayakan bak virus di tengah masyarakat.

Jika tidak segera diselesaikan dengan cepat dan tegas, maka dinilai dapat membahayakan bukan sekadar pada nilai-nilai keberagaman dan keharmonisan antar umat beragama (warga negara Indonesia), tetapi juga dapat mengancam terhadap keutuhan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Ideologi Pancasila.

Pentingnya Sikap Toleransi

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, toleransi bukanlah sesuatu yang baru. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” menjadi bukti konkret bahwa The Founding Fathers sudah menjadikan toleransi sebagai landasan bangsa. Artinya, bangsa ini dibangun atau didirikan berlandaskan pada sikap toleransi. Karenanya, toleransi bukan barang asing melainkan sudah menjadi gaya hidup, watak dan karakter luhur bangsa Indonesia.

Sebagai bagian (warga negara) dari bangsa Indonesia, adalah wajib hukumnya untuk menjunjung tinggi dan mengkampanyekan toleransi sedini mungkin; baik pada level struktural maupun kultural. Apalagi, Pancasila sebagai dasar negara yang didalamnya sarat akan nilai-nilai toleransi, meniscayakan terhadap warga negaranya untuk selalu mengimplementasikan toleransi dalam laku hidup sehari-hari.

Di sinilah letak pentingnya sikap toleransi. Dengan tertanamnya sikap toleransi dalam diri masyarakat Indonesia akan membuat masyarakat Indonesia saling menghormati dan menghargai antarsesama, dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, terhindar dari pengaruh eksternal yang bisa melahirkan perpecahan, dan mampu melahirkan kesejahteraan bagi seluruh kehidupan bangsa Indonesia.

Karena itulah, untuk menyongsong tahun 2022 sebagai tahun untuk mewujudkan sikap toleransi dibutuhkan gerakan bersama yang masif. Seluruh elemen bangsa baik tingkat lokal maupun nasional (pemerintah) harus saling bahu-membahu dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara yang benar-benar menjunjung tinggi falsafah Bhinneka Tungal Ika. Sebab, munculnya sikap intoleransi bukan disebabkan karena satu faktor, melainkan beragam faktor yang melatar-belakanginya, yaitu:

Pertama, pemahaman keagamaan para pelaku intoleran yang dinilai dangkal, parsial, radikal dan tidak mendalam. Kedua, semakin kentalnya nuansa politik, baik terkait Pilkada dengan memanfaatkan agama untuk kepentingan politik, maupun terkait solusi pemerintah dalam menyelesaikan masalah terkadang bernuansa politis daripada pendekatan hukum yang jelas, tegas dan berkeadilan. Ketiga, sistem pendidikan yang hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan, pengakuan akan keberagaman dan keberagamaan tanpa mengajarkan pengalaman nyata di lapangan. Dan Keempat, defisit cinta Tanah Air, rasa kebangsaan, ke-Bhinneka-an, dan rendahnya rasa nasionalisme. (Saidun Fiddaraini, Intoleransi: Penyebab dan Upaya Penyelesaiannya Untuk Keutuhan NKRI, Jalandamai.org).

Namun, untuk mewujudkan sikap toleransi dibutuhkan strategi yang tepat, akurat, dan komprehensif apalagi di tengah masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural ini. Lantas bagaimana strategi yang tepat, akurat, dan komprehensif guna mewujudkan sikap toleransi di tahun 2022 tersebut? Wallahu A’lam

dutadamaisumbar

Agenda Bangsa Tahun 2022; Meneguhkan Toleransi, Membumikan Moderasi

Previous article

Tahun 2022: Mengembalikan Khittah Indonesia yang Toleran

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini