Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu di muka bumi ini harus bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka dalam hidup. Tidak jarang dari mereka mengorbankan waktu, tenaga dan harta benda untuk mencapai tujuann hidup mereka. Walupun mereka tidak pernah tahu apakan yang dijalankan mereka pada saat ini akan membuahkan hasil atau tidak.

Duta Damai sumatera Barat Hadir di tengah kehidupan kota padang yang menurut hasil survey berbagai lembaga di indonesia termasuk urutan terbawah dalam kehidupan yang toleransi di indonesia. Dalam artian kota padang merupakan salah satu kota dengan tingkat intoleransi terbesar di indonesia.

Banyak hal yang menyebabkan kehidupan toleransi demikian di kota padang dan pada akhirnya pengaruh budaya menjadi faktor utama pendorong hal tersebut ditambah dengan masih kurangnya pemahaman penduduk kota padang khususnya dan sumbar pada umumnya akan pentingnya kehidupan yang toleransi di indonesia. Hal ini menegaskan lagi pada setiap warga negara indonesia bahwa mencapai kehidupan yang toleransi tersebut di tengah budaya yang tidak terlalu dipahami dengan baik akan sangat sulit untuk diwujudkan.

Duta Damai sumatera Barat mungkin bukan merupakan organisasi terdepan dalam menggemakan kepedualian warga sumatera barat terhadapat kehidupan yang lebih bertoleransi di provinsi ini. Duta Damai Sumatera Barat lebih fokus pada pembentukan pola pikir masyarakat melalui media yang mereka miliki. Masih banyak organisasi yang mempunyai kepedulian lebih pada kehidupan nyata di tengah masyarakat sumatera barat. Kita sebutkan saja seperti Pemuda Lintas Agama (Pelita), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia(GMKI), Gerakan Pemuda Anshor (GP Anshor), Lembaga Pembinaan Keagamaan Buddha (LPKB), Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (PPHI), Ikatan Mahasiswa Nias – Sumatera Barat (IMN-SB) dan lainnya. Dimana Duta Damai Sumatera Barat pernah menjalin kerjasama dengan mereka dalam aksi nyata di tengah masyarakat sumatera Barat.

Pada dasarnya keberadaan organisasi kepemudaan menjadi penyeimbang bagi pemerintah dalam memberikan ruang yang sama bagi setiap warga negara masyarakat sumatera barat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada istilah warga dengan beragama islam harus didahulukan atau warga non islam harus dikedepankankan dalam pemberian layanan oleh pemerintah daerah. Organisasi kepemudaan yang bergerak di bidang melawan Intoleransi menjadi penggerak masyarakat secara persuasif namun tetap ketika pemerintah daerah tidak menjadi leader maka pada akhirnya apa yang dicita-citakan oleh organisasi kepemudaan tersebut tidak akan terwujud.

Munculnya organisasi kepemudaan yang berani melawan Intoleransi seharusnya mendapatkan dukungan lebih oleh pemerintah daerah masing-masing di sumatera barat. Para pemuda yang peduli mungkin tidak terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah dalam memberikan mereka berupa operasional kegiatan, mereka hanya membutuhkan diberikan ruang oleh pemerintah daerah dalam memperlebar kemungkinan perlawanan terhadap kehidupan yang intoleransi di sumatera barat.

Munculnya pernyataan yang sering dikeluarkan oleh pejabat di sumatera barat bahwa Sumatera Barat menjunjung tinggi falsafah hidup minangkabau yang berbunyi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” di dalam surat resmi tentunya menjadi persoalan tersendiri bagi organisasi kepemudaan yang memperjuangkan kehidupan yang toleransi di sumatera barat. Bagaimanapun pemerintah daerah harus menunjukkan bahwa mereka netral bukan hanya ada untuk agama dan kebudayaan tertentu saja. Pada akhirnya para pemuda ini hanya beranggapan bahwa “Kita Menolak Keajaiban”, mereka akan terus berjuang tidak peduli tantangan seperti apa kedepannya.

Ternyata dari beberapa penelitaian yang ada menyebutkan kehidupan yang intoleransi pada ujung-ujungnya akan bermuara pada tindakan kekerasan antar suku, ras dan budaya dan pada aksi teror. ketika ada sekelompok orang memproklamirkan atau beranggapan bahwa agama mereka, suku mereka atau budaya mereka adalah yang paling baik dan unggul diantara suku, agama atau budaya yang lain maka akan bermuara pada tindakan kekerasan dan teror. Pada ujung-ujungnya masyarakat di daerah tersubut akan saling bermusuhan dan berlawanan.

Ketika Cacian dan makian sangat mudah terlontar di mulut warga sumatera barat baik pada pemerintah, orang lain maupun pada suku lain maka dapat pastikan sumatera barat akan terus tertinggal dari provinsi lain di indonesia. Karena buakan etos kerja yang diuatama namun lebih mengutamakan bahwa kita jauh leih baik dari orang lain. Sumatera barat adalah salah satu provinsi dengan Pendapatan Asli Daerah dengan urutan ke 15 di indonesia yaitu sebesar 2,3 trilliun pada tahun 2018 dengan belanja daerah sebesar 6,6 Trilliun. artinya sampai sekarang sumatera barat belum mampu untuk menutupi semua perbelanjaannya.

Seharusnya sumatera barat baik pemerintah atau masyarakatnya harus mampu bekerjasama dalam mewujudkan sumatera barat yang lebih produktif lagi. Jangan lebih mendahulukan kepentingan politik atau kelompok saja. Pemerintah daerah harus mampu membuat setiap warga masyarakatnya bersatu dalam bingkai Sumatera Barat bukan dipaksakan bersatu dalam bingkai Minangkabau maupun agama Islam yang menjadi agama mayoritas di Sumatera Barat.

“Perbedaan itu bukan Harus disatukan namun diisi dengan hal positif sehinggga perbedaan itu akan mencari jalannya sendiri untuk bersatu”

Duta Damai Sumbar
Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Permainan Tradisional Minang Yang Hampir Punah

    Previous article

    DPO Bom Bali Selama 18 Tahun Di Cokok Di Lampung

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Opini