Pada Agustus 2019 lalu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan bahwa ancaman virus terorisme tak hanya sebatas pada tingkat Perguruan Tinggi , bahkan saat ini telah masuk ke usia dini (Paud) .

Hal itu disampaikan oleh Dirut Pencegahan BNPT, Brigjen Pol Hamli ketika melakukan dialog bersama Civitas Akademika  di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh .

Sontak pernyataan ini membuat banyak cibiran dari kalangan elite kepada BNPT karena di anggap tidak logis . Padahal, sejatinya kelompok-kelompok yang terindikasi menyebar paham kebencian radikalisme tersebut berupaya mati-matian untuk mempengaruhi anak usia belia agar mau berperang dengan rasa yang penuh dengan kebencian .

Dilansir Daily Mail pada 19 Desember 2016, ISIS membuat aplikasi Android khusus untuk mengajar anak-anak yang tinggal di Suriah dan Irak dan mendoktrin bocah-bocah polos untuk mengeja kata seperti granat dan roket.

Dilansir dari BBCNews.com pada 26 Agustus 2017 , Anak-anak yang berada diwilayah kekuasaan ISIS dilatih mengisi peluru dan menembak mayat orang yang di cap sebagai pengkhianat oleh organisasi teroris tersebut. Tak hanya itu mereka diajarkan doktrin untuk bersumpah setia kepada ISIS dan bersedia untuk mengikuti perang.

Di Indonesia Sendiri, Polda Sumatera Utara beserta Densus 88 Anti Teror pada hari Minggu 25 Juni 2017 , mengamankan sebanyak 155 buah buku yang berisi ajaran kelompok ekstremis Islam, ISIS. yang ditujukan kepada anak-anak.

Buku tersebut didapatkan di rumah tersangka pelaku penikaman polisi di Medan dimana ia merupakan bagian dari Jemaah Ansharut Daulah (JAD) .

Apa dengan penjabaran fenomena di atas apakah kita harus tutup mata dan telinga dalam menerima keterangan bahwa anak Paud sudah terancam virus terorisme ? Coba pikir lagi baik-baik !

Masalah paham ini tidaklah bisa dianggap remeh, harus ada upaya-upaya untuk menjaga anak usia dini dari ancaman Radikalisme yang memicu terjadinya aksi teror .

Lalu Bagaimanakah cara menghindari anak dari virus paham Radikalisme dan sifat Intoleran tersebut?

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam websitenya : sahabatkeluarga. kemdikbud.go.id memberikan beberapa langkah prefentif untuk membentengi anak dari paham radikalisme sejak usia dini, antara lain :

Menanamkan Sikap Cinta Tanah Air

Sikap cinta tanah air penting untuk ditanamkan sejak usia dini mengingat pada masa ini sangat mudah mengintervensi anak. Melalui stimulasi-stimulasi seperti nyanyian-nyanyian yang mengandung unsur nasionalisme. Dengan demikian kita dapat menanamkan sikap cinta tanah air pada anak..

Mengajarkan Anak Untuk bersikap At-tasamuh

At-tasamuh (terpuji dalam pergaulan, memiliki sikap saling menghargai dengan sesama manusia).

Mengajarkan anak untuk saling menghargai perbedaan menjadi hal penting karena manusia sendiri diciptakan berbeda-beda. Ketika anak mampu memahami orang lain yang berbeda agama, ras, suku, dan budaya ia tidak akan mudah dihasut oleh isu-isu radikalisme.

Seperti belajar menghargai teman sekelasnya yang berbeda agama. Selain itu penting pula mengajarkan anak untuk bersikap terbuka terhadap dunia luar. Anak sebaiknya diajarkan untuk dapat bersikap terbuka terhadap kritik atapun masukan dari luar.

Menghindari Isu-Isu Yang Membenturkan Pancasila dengan Agama

Paham radikal bersifat ekstrem yang berusaha merongrong nilai-nilai Pancasila. Peran serta orangtua dan guru sangat penting dalam mengontrol pribadi anak. Memberikan jawaban bijak atas pertanyaan-pertanyaan anak terkait persoalan agama maupun yang lainnya.

Ar Rafi Saputra Irwan
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Anggota Duta Damai Dunia Maya Sumatera Barat

Melawan Arus Konservatisme dan Ekstrimisme Beragama Ala Kalis Mardiasih

Previous article

Resolusi 2020 : Sebagai Generasi Muda Harus Peduli Bangsa

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi