Hari ini tepat tanggal 8 Maret 2021, hari di mana semua orang merayakan kebebasan dan hak-hak perempuan sedunia atau yang biasa kita sebut dengan International Woman’s Day (IWD). IWD selalu dirayakan oleh dunia dengan berbagai caranya masing-masing.

Tak terkecuali di Indonesia, banyak organisasi ataupun perorangan yang merayakan hari ini dengan mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan yang positif, mulai dari mengkampanyekan isu-isu perempuan, mengadakan zoominar perihal perempuan dan gender, serta berbagai kegiatan lainnya yang menunjukkan keikutsertaan mereka sebagai pihak yang ikut mengapresiasi kebangkitan para perempuan dalam hak-haknya di ranah public yang bias gender tersebut, tentu harapannya adalah bagaimana perempuan harus mampu berdaya mengambil peran dan haknya di ranah yang lebih luas tanpa ada lagi intervensi dari budaya patriarki yang masih saja menggerogoti lingkungan masyarakat hari ini.


Beberapa hari lalu saya dan teman-teman Tim Perempuan Berkisah Regional Sumatera mengadakan sebuah event zoominar dengan tema perihal isu-isu perempuan dan gender. Salah satu tema yang akan terus menarik untuk dikaji, karena memang semakin hari, tanpa bisa kita pungkiri kekerasan seksual terhadap perempuan itu semakin meningkat, apalagi ditambah dengan kondisi pandemi hari ini yang belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan lenyapnya dari Bumi Pertiwi ini

Banyak pihak yang beranggapan bahwa perempuan hari ini sudah mendapatkan kesetaraan sesuai dengan apa yang diperjuangan selama ini, mereka sudah mendapatkan tempat di ruang-ruang publik untuk setara dengan kaum laki-laki, diperlakukan sama dengan kaum laki-laki dalam ruang pekerjaan, mendapatkan gaji yang sesuai dengan pekerjaannya, mendapatkan kebebasan seperti laki-laki, serta hal-hal kesetaraan lainnya antara peran laki-laki dan perempuan baik di ranah privat maupun di ranah publik.


Memang patut kita syukuri bahwa perempuan hari ini, sudah banyak yang bisa bekerja di perkantoran, akses pendidikan yang sama, memiliki ruang untuk bersuara, sudah lebih banyak hak-hak perempuan yang telah diatur oleh undang-undang, meningkatnya daya pikir kritis oleh masyarakat kita akan peran perempuan yang perlu kita jadikan contoh di ruang publik, dan lain sebagainya yang menunjukkan perkembangan akan hak-hak perempuan yang setara itu.


Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dibalik banyaknya anggapan yang menyatakan bahwa perempuan sudah memiliki kesetaraan dari berbagai aspek kehidupan layaknya kaum laki-laki, ternyata masih banyak sekali para perempuan yang hidup di bawah standar, ironisnya jutaan perempuan di luar sana juga masih hidup jauh di bawah standar, gaji yang lebih rendah dibandingkan pekerja lak-laki, persentase keterlibatan antara perempuan dan laki-laki masih saja jauh dari yang diharapkan, baik dalam ranah politik, bisnis, pendidikan, kesehatan, serta kekerasan terhadap perempuan juga sangat memprihatinkan kita bersama.

Inilah tugas kita bersama untuk saling berdaya dan menyadarkan satu sama lainnya, bahwa kaum perempuan belumlah sepenuhnya mendapatkan kesetaraan yang sama diberbagai aspek kehidupan masyarakat di berbagai penjuru dunia, yang seharusnya menjadi perhatian kita, agar perempuan benar-benar mendapatkan kesetaraan tersebut, tanpa lagi ada intervensi budaya patriarki dari masyarakat, agar perempuan benar-benar memiliki ruang aman dalam bergerak dan bersuara pada masa ini, dan masa akan datang.


Tapi tau gak sih, bagimana sejarah awalnya International Woman’s Day itu?

Berawal dari tahun 1900-an, pada saat terjadinya perubahan besar-besaran di ranah perindustrian dunia, ditambah juga dengan pertumbuhan jumlah penduduk pada saat itu, serta munculnya berbagai ideologi yang radikal, seperti salah satunya adalah perihal status perempuan di ranah public serta privat. Hingga pada tahun 1908, para perempuan melakukan aksi damai secara lebih luas serta perdebatan yang lebih kritis di kalangan para perempuan, sehingga dari berbagai bentuk penindasan dan ketimpangan yang berlaku terhadap perempuan, maka membuat kaum perempuan untuk lebih vocal dan bersuara lebih keras untuk mengkampanyekan penuntut perubahan terhadap perempuan.

Sehingga pada tahun 1908, sebanyak 15.000 perempuan melakukan longmarch menembus kota New York untuk menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, serta diberikan hak pilih yang sama.
Sehingga pada tahun 1909, bertepatan dengan deklarasi Partai Sosialist Amerika, maka hari perempuan Nasioanal dirayakan di seluruh wilayah di Amerika pada tanggal 28 Februari 1909, dan mereka tetap merayakannya pada setiap minggu terakhir bulan februari hingga tahun 1913.

Sebelum perang Dunia 1 tahun 1913, perempuan Rusia merayakan hari perempuan dengan mengkampanyekan perdamaian di hari minggu terakhir februari, sehingga sebagai follow up maka ditawarkanlah gagasan untuk menggantikan IWD di bulan maret. Sehingga sejak itu diberlakukanlah IWD pada bulan maret secara global, dan pada tahun 1914 para perempuan di kawasan Eropa melakukan aksi anti perang serta mengekspresikan solidaritas antar perempuan.


Singkat cerita, dengan berbagai polemik dan gejolaknya di lapangan, sejak lahir dalam gerakan sosialis, maka Hari Perempuan Internasional telah menjadi hari globar untuk diperingati dan dirayakan dalam lintas negara, baik individu, maupun dalam bentuk kelompok. Hingga pada tahun 1975, PBB menetapkan bahwa “Tahun Perempuan International” baik perorangan, kelompok, organisasi, maupun pemerintah seluruh dunia merayakan IWD pada setiap tahunnya, tepatnya pada tanggal 8 maret dengan berbagai acara dan kegiatan-kegiatan dalam skala besar untuk menghormati peran serta prestasi para perempuan.

Namun demikian, dalam waktu yang sama kita juga harus tetap waspada untuk tetap memperjuangkan dan mempertahankan hak-hak perempuan secara nyata dan benar-benar setara dari berbagai penjuru dunia, agar tercipta ruang aman, dan kebebasan dari budaya-budaya patriarki yang masih mengakar, baik kita sadari ataupun tidak. Semoga di hari IWD ini mampu sama-sama berdaya untuk saling menghormati satu sama lain, tak hanya di antara perempuan, tetapi juga laki-laki dan perempuan yang hidup di zaman dewasa ini.

Nuraini Zainal

Mewarnai Indonesia

Ditulis Oleh: Fransiska Indriyani Lase

Previous article

Hari Perempuan Internasional

Ditulis Oleh : Husnul Hayati

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini