Kolonial Belanda pada masa pemerintahannya (penjajahannya) cenderung memanfaatkan setiap ruang di Kota Padang (Padang Kota) untuk kepentingannya. Salah satunya adalah pembuatan sebuah lapangan yang luas, bisa digunakan untuk tempat hiburan, tempat mengumpulkan orang banyak, latihan militer dan lainnya. Lapangan ini terletak di depan kantor Gemeente Padang (eks Balaikota Padang sekarang).
Diperkirakan lapangan ini dibuat pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Ada kemungkinan dibuat sehubungan dengan didirikannya klub sepakbola oleh Belanda yang bernama Padangsche Voetbal Club (PSV) taun 1901. Berkemungkinan nama Persatuan Sepakbola Padang (PSP) juga berasal dari sinonim PSV tersebut. PSV konon merupakan klub sepakbola tertua di Indonesia.
Disalah satu sudut, tepatnya arah ke Gemeente Padang, pernah dibangun sebuah tugu bernama Raaff (Antoine Theodore Raaff, lahir tgl. 1-12-1794). Raaff adalah seorang letnan kolonel Belanda yang ikut memimpin perlawanan dalam Perang Paderi. Raaff diperkirakan meninggal di Padang karena serangan penyakit malaria. Untuk menghormati jasa-jasanya Belanda mendirikan Tugu Raaff di Plein Van Rome. Berkemungkinan juga tugu ini telah ada sebelum lapangan itu dibuat, atau sebaliknya.
Lapangan ini pernah juga disebut dengan Lapangan Alang Laweh, karena lapangan itu berada di kawasan daerah yang bernama Alang Laweh. Pada masa pendudukan Jepang, lapangan ini oleh Jepang dinamakan Lapangan Nanpo Hodo atau Angin dari Selatan.
Setelah perang kemerdekan dan pengakuan kedaulatan, tahun 1950, lapangan ini dinamakan Lapangan Banteng, karena tentara yang berkuasa di Kota Padang waktu itu adalah Pasukan Divisi Banteng dibawah pimpinan Ahmad Husein.
Pada Tahun 1958, lapangan ini diganti dengan nama Lapangan Imam Bonjol
Comments