Gotong Royong menjadi salah satu Sub Mata pelajaran Kewarganegaraan di bangku sekolahan atau kalau dulu sering disebut dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Gotong Royong dimasukkan kedalam salah satu mata pelajaran di bangku sekolahan bukan tanpa alasan begitu saja. Setidaknya gotong royong merupakan bentuk implementasi dari butiran pancasila yaitu persatuan indonesia. Gotong royong secara tidak langsung dapat menimbulkan semangat untuk saling bantu di dalam masyarakat.

Akan tetapi dengan berkembangnya zaman nilai-nilai gotong royong di tengah masyarakat mulai luntur dan tergerus. Dengan munculnya kompleks-kompleks perumahan besar yang telah terjamin kebersihan dan keamanannya membuat semakin sulitnya generasi muda yang notabenya sebagai penerus bangsa ini melihat secara langsung apa itu Gotong Royong. Disinilah pentingnya kurikulum pendidikan tersebut harus terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Kalau generasi 80 – 90 an lebih memahami gotong royong itu adalah sebagai kerja bakti setiap hari sabtu atau minggunya atau kerja secara bersama-sama pada kegiatan warga. Namun di era perkembangan zaman yang makin maju ini gotong royong tidak hanya dipandang sebagai bekerja secara bersama-sama di lingkungan masyarakat saja. Yang harus di wariskan pada generasi muda adalah nilai-nilai dari semangat gotong royong itu sendiri.

Salah satu persoalan bangsa ini di era sekarang adalah makin maraknya radikalisme ditengah masyarakat. Radikalisme yang muncul dari makin rendahnya toleransi ditengah masyarakat ditambah dengan makin banyaknya kelompok kelompok dengan pola pikir eksklusif. Kelompok itu mungkin hanya kecil namun ketika masyarakat hanya mendiamkan saja maka kelompok kecil dengan suara lantang tersebut seolah-olah sangat besar.

Pada akhirnya mereka memiliki pengikut setia yang berani menjadi pion-pion untuk menghasut masyarakat agar mengikuti pola pikir mereka yang intoleran dan eksklusif tersebut. Mereka tidak segan segan untuk menggunakan agama dalam menutupi niat busuk mereka yang sebenarnya. Hingga pada akhirnya muncullah fraksi-fraksi ditengah masyarakat dengan kepentingan mereka sendiri yang kadang gesekan yang mengarah pada tindakan Radikalisme muncul dipermukaan.

Tentunya untuk menghindari hal tersebut tidak hanya pemerintah yang bekerja masyarakat juga harus mampu terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Nilai-nilai Gotong Royong menjadi solusi bagi bangsa indonesia. Gotong royong sudah tidak lagi dipandang dengan sempit seperti kerja bakti atau kerja secara bersama-sama membersihkan lingkungan saja. Namun gotong royong harus dipandang lebih besar lagi yaitu bekerja bersama-sama demi menjaga keutuhan bangsa dan negara dengan memperkuat persatuan di antara masyarakat indonesia.

Jangan sampai pola hidup intoleran dan eksklusif menjamur di tengah masyarakat sehingga membentuk noda hitam di tubuh masyarakat dan pada akhirnya menjadi nanah dan membusuk di tengah masyarakat dan lambat laun indonesia akan pincang karena salah satu tubuh mereka tidak lengkap. Radikalisme memang harus di ibaratkan sebagai virus yang menyebar secara perlahan-lahan di tengah masyarakat. Ketika masyarakat tidak dilindungi oleh vaksin maka resiko menyebar dan terinfeksinya akan jauh lebih tinggi.

Gotong royong ditengah masyarakat yang pandang dengan lebih luas lagi di ibaratkan bukan sebagai vaksin buatan namun sebagai pembentuk kekebalan alami di tengah masyarakt. Nilai gotong royong mengajarkan bekerja secara bersama-sama tanpa membeda-bedakan kedudukan dan jabatan dapat menghambat atau menetralisir virus radikalisme itu sendiri sehingga tidak akan muncul ISIS baru atau kelompok teroris baru yang merupakan muara dari sifat radikal yang berlebihan itu.

Mari jaga sosial media kita dengan tidak menyebarluaskan informasi yang berpotensi memecah belah bangsa ini. Mari jaga keluarga kita dari informasi yang mengajak pada bentuk “Kita lebih hebat”, “Suku kita lebih hebat” atau “agama kita lebih hebat” karena hal itu adalah bentuk awal munculnya sifat radikalisme dalam diri manusia. Marilah kita selalu menjaga persatuan dengan lebih mengedepankan toleransi antar masyarakat indonesia.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Toleransi Sebagai Cara Untuk Menghargai Perbedaan

    Previous article

    Ketakutan Terbesar Dalam Menyebar Perdamaian Dan Toleransi

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Edukasi