Gangguan mental atau yang sering di sebut dengan mental ilnnes yang masih menjadi tabu di mata masyarakat terutama indonesia, stigma buruk yang di dapatkan bagi pengidap mental ilnnes sangat singnifikan. Mendapatkan respon yang buruk seperti pengucilan sampai ke diskriminasi. Namun hal itu bukan menjadi penghalang untuk orang yang aware dengan mental ilnnes, berbagai cara bagaimana agar pemahaman masyarakat mengenai betapa pentingnya untuk mengetahui minimal dari mental ilnnes. Setiap kita memiliki intensitas untuk menjadi orang yg pengidap gangguan mental.

Sosial media bagian dari media  internet yang membuat penggunanya bebas dalam memekspresikan dan berinteraksi kepada pengguna lainnya, maka dari itu media sosial adalah komunikasi yang sangat luas dan tak terbatas. Siapapun, kapan-pun dan dimana pun seseorang dapat mengakses. Mendia sosial yang saat ini sering kita gunakan adalah media online secara umum yang berisi video, teks, foto, suara. Media yang sering di sebut dengan komunikasi jalur online. Aplikasi yang sering di gunakan seperti whatsapp, instagram, facebook, twitter.

Ada golomgan gangguan mental yang paling umum terjadi

  • Gangguan kepribadian
  • Gangguan kecemasan
  • Gangguan mood
  • Psikosomatris
  • Gangguan psikotik
  • Disosiatif
  • Gangguan makan
  • PTSD
  • OCD & OCDP
  • Depresi
  • ADHP

Pengolonggan gangguan mental berdasarkan

  • Gangguan Kepribadian : orang yang dengan cenderung cemas takut yang berlebihan biasanya memiliki gangguan seperti ketergantungan terhadap satu hal dan bahkan bisa menjahui suatu hal. Orang yang terlalu dramatis atau bahkan terlalu emosional yg berlebihan terhadap satu hal yang bisa membuat si pengidap bisa melebih-lebihkan sesuatu yang tidak pada faktanya. Dan orang yang eksentrik (berprilaku tidak wajar) baik dari sikap/penampilan.
  • Gangguan makan : orang yang memiliki gangguan dalam masalah berat badan, kecukupan gizi dan bahkan obesitas. Ini adalah gangguan jiwa yang serius.

Kaitan media sosial dengan gangguan mental

          Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan terlepas dari interaksi sattu dengan yang lainnya, hal itu pengaruh kepada kondisi psikosoial seseorang yang dapat dilihat  dari lingkungan rumah, sekolah maupun bermasyarakat. Psikososial merujuk kepada hubungan yang dinamis atau faktor psikis atau sosialnya, yang saling beinteraksi dengan mempengaruhi dari individu satu ke individu lainnya (Chaplin dalam Zubaedi, 2011). 

Penggunaan dalam media sosial terutama dalam kalangan remaja dan dewasa paling sering di gunakan untuk membagikan hal-hal pribadi seperti foto-foto, cerita-cerita yang sedang  terjadi pada saat itu juga sering disebut dengan curhatan medsos. Semua tau bahwa media sosial itu dinamis dan tak terbatas maka siapapun dapat memberikan komentar dan menyalurkan opini-opini yang secara umum tanpa di filter. Berkaitan dengan pengguna yang banyak ialah remaja dimana mereka sedang masa perkembangann baik mental, emosional dan fisik, tidak jarang di temukan pengguna yang mencari jati diri melalui media sosial dengan berinterkasi dengan teman-teman seumurannya.

Dampak buruk dari media sosial dalam kesehatan mental

          1.  kecanduan

                   Dampak ini sudah  menjadi  umum di sekitar kita, terlihat di berbagai temapat banyak yang tidak bisa terlepas dari gadget, yang mejadikan  interkasi secara langsung  menurun dan  hanya terfokus kepada dunia maya. Itu  hal yang bisa kita lihat dari sekitar, namun kecanduan juga tanpa kita sadari sudah menjalar ke diri sendiri,  kecanduan yang masi umum dan masi bisa dikendalikan tentu tidak begitu berdampak buruk bagi kesehatan. Tapi bagaimana dengan orang yang sudah dalam level addict dengan kepribadian objectiv komplusif  atau yang sering di sebut dengan  OCD atau OCDP mereka yang tidak bisa terlepas dari media sosial dan selalu dan  megulang hal yang  sama seperti cek handphone secara berkal setiap saat, selalu membuat status dan meng uplod foto secara terus, terkadang tidak ada tujuan dan maksud tertentu  dan orang yg sudah masuk ke tahap obsesive complusive disorder mereka akan cemas karna merasa ada yang kurang. Dan kecemasan ini dimulai dari keinginan seseorang untuk mengekspresikan diri dengan cara yg tidak realistis dengan  tujuan  menjadi sempurna dan bila hal itu tidak dapat mereka penuhi akan terjadi kecemasan itulah yg di sebuh OCDP seseorang yg obsessi dengan kesempurnaan/ perfeksionis yg berlebihan dan  bisa mengendalikan semua aspek hidupnya.

          2. narsis dalam  media sosial

                   Semua orang pasti ingin mendapatkan pengakukan terhadap dirinya, namun bila hal itu berlebihan bukan pengakuan yang kita dapatkan tapi hujatan dan komentar buruk. NPD (‘Narcissistic Personality Disorder‘) . penderita ini adalah  orang yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang berlebihan ,  haus akan pujian dan pengakuan  dari oranng sekitar nya, mereka cendrung  berfokus kepada kepentingan diri yang mendalam agar mendapatkan empati dan pujian.  Tidak sedikit orang yang memiliki kepribadian narsistik cendrung sering terlibat masalag dalam lingkungan sehari-harinya dan  juga mereka tidak hidup dengan benar- benar bahagia.

3.. Social media anxiety disorder

          Gangguan  mental ini sama dengan kecanduan, dimana seseorang yang memiliki obesessi berlebihan dalam pencampain untuk memenuhi ekspektasinya. Gangguan mental ini di tandai dengan seseorang yang secara berkala mengcek jumlah like yang mereka dapatkan, dan juga membaca postingan komentar yang orang sampaikan, apa bila hal yang mereka lihat tidak sesuai dengan ekspekatsi akan timbul rasa kecewa. Dan ketika seseorang memiliki gangguan mental ini mereka akan cenderung merasa khawatir dan cemas yang akan mengakibatkan tidak akan lepas dari media sosial. Orang yang memiliki gangguan mental ini mereka bisa saja membandingkan diri dengan orang lain, mungkin dari jumlah like dan komentar-komentar.

4. body dysmorphic disorder

          Ini adalah gangguan mental yang sering kali kita temukan dimana para penggunanya lebih dominan melakukan atau menyempurkan sesuatu ketika mereka berfoto, contoh yang umum adalah disaaat seseorang terlalu sering melakukan editing dengan menambah kekcerahan di bagian tertentu (muka) mengecilkan bagian wajah dan ada yang meng edit di bagian tubuh agar terlihat proposional. Mungkin hal ini terlihat wajar bila seseorang tidak terlalu sering melakuan hal itu dam bukan untuk terlihat sempurna. Hal ini bisa kita temukan di platfrom datting app, dimana seeorang menyuguhkan gambar terbaik mereka dengan cara manipulasi dirinya dengan berlebihan agar terlihat sempurna dan di sukai.

Media sosial dan gangguan mental sebetulnya sangat berpengaruh, karna sebagain besar manusai zaman sekarang mereka banyak menghabisakan waktu untuk bermain media sosial. Itu kenapa ada ungkapan yang dekat semakin jauh dan yang jauh terasa dekat. Tidak ada yang sakah dari penggunaan media sosial namun akan terlihat salah ketika para pelaku sosial media menggunakan dengan cara yang berlebihan. Gangguan mental tidak hanya terjadi karna media sosial tapi ada faktor lain mungki dari pergaulan lingkungan dan bahkan genetik. Maka dari itu sebaik-baiknya dalam mengguanakan media sosial harus lah dengan taraf yang wajar.

Apa Makna Perayaan Jumat Agung Bagi Umat Kristiani?

Previous article

Isu Malaysia Klaim Reog Ponorogo Sebagai Warisan UNESCO

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Edukasi