Pintu gerbang pemilihan telah terbuka, namun perlu diingat bahwa pemilu untuk memilih calon legislatif dan eksekutif jauh berbeda dengan memilih kontestan dalam ajang seperti Indonesia Idol. Pada pemilu, kita tidak hanya terpukau oleh kekharismaan atau retorika, tetapi juga menganalisis kemampuan dan kesungguhan calon dalam merealisasikan janji-janji yang mereka sampaikan dalam masa kampanye.

Dalam kontes idol, peserta tak perlu membuktikan realisasi dari lirik lagu yang mereka nyanyikan. Namun, dalam pemilihan pemimpin politik, suara mereka menjadi komitmen yang harus diwujudkan dengan tindakan nyata dan pertanggungjawaban. Pemilihan yang membingungkan adalah saat mesin politik partai gagal memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dan menunjukkan paradoks di internal partai itu sendiri.

Namun, dalam hal ini, perspektif Islam memberikan panduan yang kuat: pemimpin haruslah jujur, amanah, cerdas, dan menyampaikan kebenaran. Pandangan ini juga ditegaskan oleh pemikir seperti Mahatma Gandhi, yang menyatakan bahwa kepemimpinan sejati bukan datang dari kekuatan fisik, melainkan dari integritas, kesederhanaan, dan tekad dalam menjalankan tugas.

Berdasarkan konteks ini, menjadi kewajiban bagi kita sebagai pemilih cerdas untuk memilih pemimpin yang benar-benar mewakili kriteria ini. Kita harus menolak suara-suara merdu tanpa substansi dan memilih calon yang mampu membuktikan janji-janjinya melalui komitmen yang kuat dalam merealisasikannya.

Pemilihan pemimpin bukanlah sekadar ajang hiburan atau pemberian uang semata, tetapi adalah langkah krusial dalam membentuk masa depan bangsa. Kita memiliki tanggung jawab untuk menyeleksi calon-calon yang memahami dan siap mewujudkan cita-cita bangsa yang tertuang dalam Pancasila.

Sebagai masyarakat yang beradab, kita dituntut untuk melihat melebihi kata-kata manis dan menilai dari substansi. Pemilihan pemimpin adalah sarana kita dalam mewujudkan perubahan positif dan membangun masa depan yang lebih baik. Dengan pemilihan yang bijak, kita bisa membuktikan bahwa pemilu tidaklah semata ajang hiburan, melainkan panggung pertarungan gagasan untuk membawa solusi nyata bagi persoalan masyarakat kita.

Penulis :

SUPRIO JAYA PUTRA, S.H

Pengamat Hukum

dutadamaisumbar

Apakah Skripsi Dihapus?

Previous article

Berteman Dengan Konflik, Wujudkan Perdamaian

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Opini