Imlek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diterjemahkan sebagai tahun baru China, yang jatuh pada tanggal satu bulan pertama di awal tahuan yang di tandai dengan datangnya musim semi. Meskipun demikian ternyata Imlek yang merupakan pertanda pergantian tahun baru China ini mengalami sejarah panjang dari masa disasti Shang (1600-1046 SM) hingga masa dinasti Ming (1624-1644 M), dalam catatan sejarah tersebut terjadi perbagai perubahan ditetapkannya awal tahun baru, dengan kata lain musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin pernah menjadi penanda tahun baru China (Imlek).


Di Indonesia sendiri mekipun hanya mengenal musim hujan dan musim panas, masyarakat etnis Tionghoa juga tetap merayakan Imlek sebagai bukti rasa bakti terhadap tradisi nenek moyang mereka. Beragaam kegiatan dilakukan untuk memeriahkan Imlek mulai dari kegiatan sosial hingga pentas seni budaya. Kegiatan sosial yang dilakukan diataranya; donor darah, jalan santai berdorprise, hingga pembagian sembako bagi masyarakat yang kurang mampu. Kegiatan pentas seni budaya biasanya di isi dengan pertunjukan tarian dan lagu mandarin, aksi Tarian Barong Sai hingga aksi Tarian Liong (Naga). Selain itu etnis Tionghoa di Indonesia juga memriahkan Imlek dengan menhias Rumah, Kelenteng, maupun Vihara dengan Lampion dan juga Penyalaaan lilin dengan ukuran yang besar.

12 Februari 2021 merupakan awal tahun baru China (Imlek 2572 yang merupakan Tahun Kerbau dengan Unsur Logam) seperti biasa tetunya hal-hal baik yang diharapkan terjadi di sepanjang tahun 2021 ini, namun demikian Pandemi Covid-19 belum berakhir sehingga perayaan Imlek kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Imlek kali ini tidak ada perayaan yang istimewa, semua harus mematuhi protokol kesehatan, silahturahmi hanya untuk anggota keluarga bahkan pemerintah pun menganjurkan pemberian angpao juga lewat rekening bank.


Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat Konghucu dan Tionghoa agar merayakan Imlek dengan cara baru terkait adanya pandemi COVID-19. Misalnya, dengan mengirim angpau via transfer maupun lewat ojek online.
“Imlek ini bermakna tahun baru, Imlek ini bermakna harapan baru dan Imlek ini juga bermakna keberuntungan baru. Oleh karena itu, bapak-ibu sekalian, tanpa mengurangi makna tersebut, saya mengimbau agar teman-teman dari umat Konghucu dan Tionghoa juga bisa melaksanakan Tahun Baru Imlek ini juga dengan cara yang baru cara di mana kita melakukannya bersama dengan keluarga kita,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2/2021).


Menanggapi himbauan dari Menteri Kesehatan tersebut, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) bekerja sama dengan organisasi masa yang lainnya menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Sinergitas Dalam Kebhinekkhaan untuk membangun optimisme di tahun Kerbau”, yang menhadirkan tokoh-tokoh Masyarakat dan Negarawan dari etnis Tionghoa, salah satunya adalah Dr. Surya Tjandra, S.H., LL.M. yang merupakan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang di Kabinet Indonesia Maju.


Dalam pemeparan materinya Dr. Surya menyatakan “Kita harus lebih giat lagi dalam berjuang untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadi. Jangantakut kehillangan jabatan, jika saya merasa tidak sejalan dengan kementrian ini, saya akan memilih mengundurkan diri” demikian ungkap beliau.


Disini kita dapat mengambil hikmah bahwasannya Tahun Baru China (Imlek 2572) ini hendaknya memiliki tekat untuk bekerja lebih keres, tetapi jika memang tidak mungkin untuk melanjutkan pekerjaan itu lebih istirahat, seperti halnya seekor kerbau yang akan berkubang jika kondisi panas.

Suyadi

BUDAYAKAN MEMBACA DAN MEMAHAMI BAHASA INDONESIA

Previous article

Kesalahpahaman Masyarakat Dalam Menanggapi SKB 3 Menteri Tentang Seragam dan Atribut Sekolah

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Berita