Padang- Redaksi- Sebelum pakai rapid test, pemeriksaan virus corona COVID-19 selama ini menggunakan PCR (polymerase chain reaction) atau RT-PCR (real time polymerase chain reaction). Dibanding rapid test, RT-PCR membutuhkan waktu lebih lama dan biaya yang relatif lebih mahal.

Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 penduduk Sumatera Barat diprediksi mencapai 5,48 juta jiwa pada 2019. Jumlah tersebut terdiri atas 2,75 juta jiwa perempuan dan 2,73 juta laki-laki. Seperti diketahui Indonesia memasuki era bonus demografi hingga 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.

Beredar di berbagai portal berita bagaimana banyak pihak yang tidak percaya bahwa jumlah pasien Positif covid 19 di indonesia sebenarnya jauh lebih banyak dari data yang dirilis oleh pemerintah indonesia. Penyebabnya karena indonesia belum melakukan tes masif terhadap penyebaran covid 19 di indonesia. Sebenarnya sah-sah saja hal tersebut karena indonesia memang tidak mampu untuk melakukan tes covid 19 secara masif dalam waktu yang cepat.

Jika sumbar menjadi Provinsi yang melakukan tes covid secara masif, lalu berapakah dana yang dibutuhkan untuk melakukannya. Hasil tes paling mendekati keberhasilan lebih tinggi dalam mendeteksi covid 19 yaitu menggunakan PCR (polymerase chain reaction) atau RT-PCR (real time polymerase chain reaction).

Dibanding rapid test, RT-PCR membutuhkan waktu lebih lama dan biaya yang relatif lebih mahal. Rapid test diklaim lebih ekonomis dibanding RT-PCR. Dalam sebuah wawancara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes), Siswanto, memberikan perkiraan biata RT-PCR. yang dirilis lewat detik.com

“Per orang rata-rata total unit cost mulai dari ambil spesimen, transport, pemeriksaan PCR sekitar Rp 1,5 juta,” sebutnya.

Mari dihitung berapa dana yang dibutuhkan oleh Sumbar untuk melaksanankan PCR secara Masif.

Jika semua penduduk sumbar di test, dengan total 5,48 juta jiwa maka akan didapat dana sebesar maka akan didapat angka 8,22 triliun rupiah. dan jika hanya dimasukkan sebagian penduduk dengan kemungkinan terkena virus corona virus adalah mereka yang produktif maka akan didapat biaya yang lebih kecil.

Adapun jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 3,61 juta jiwa atau 65,92% sedangkan penduduk usia nonproduktif (0-14 tahun + 65 tahun ke atas) sebanyak 1,87 juta jiwa atau sebesar 44,08% dari total. Jumlah penduduk Sumatera Barat diproyeksikan bertambah menjadi 5,55 juta jiwa pada 2020 dan akan meningkat menjadi 6,9 juta jiwa pada 2045. Maka akan didapat jumlah sebesar 5,41 triliun rupiah.

Jadi itulah besaran dana yanng dibutuhkan untuk tes PCR secara masif di sumatera barat. Otomatis setelah tes secara masif harus dilanjutkan dengan langkah selanjutnya dan pada akhirnya dana yang dibutuhkan akan semakin tinggi. Lalu selanjutnya masyarakat akan bersiap lagi dengan efek domino setelah tes secara masif tersebut. Secara personal penulis tidak menginginkan test secara masif dalam waktu yang cepat namun lakukanlah secara bertahap sehingga masyrakat akan jauh lebih siap apalagi pemerintah pusat maupun daerah.

Gusveri Handiko
Blogger Duta Damai Sumbar Tamatan Universitas Andalas Padang Menulis Adalah Salah Satu Cara Untuk Berbuat Baik

    Kala Bung Hatta Batal Mudik

    Previous article

    Covid-19 di Sumatera Barat dan Hal-Hal Yang Harus Sanak Ketahui (Bagian Kesepuluh)

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in Berita