oleh: Yui

Bagi kalian penikmat drama Korea tentu tidak asing lagi dengan drama-drama yang disajikan untuk memikat penonton. Tentu mereka tidak memproduksi drama dengan satu jenis saja, melainkan banyak jenis agar dapat dinikmati oleh kalangan tertentu, drama aksi, thriller, horor, kolosal, dan slice of life.

Banyaknya drama Korea yang bagus, membuat saya tertarik untuk meresensi drama-drama tersebut. Tentu drama yang saya resensi sesuai dengan selera dan kebutuhan saya sendiri. Tujuannya jelas, agar teman-teman yang lain bisa tahu gambaran dari drama yang akan ditonton. Kali ini, saya ingin meresensi drama Korea yang berjudul The Voice, lebih tepatnya The Voice 4.

The Voice 4 merupakan drama Korea yang berjenis aksi, misteri, thriller, dan juga sci-fiction. Drama ini disutradarai oleh Shin Yong Hwi, diproduksi oleh OCN, Studio Dragon, dan Choi Jin Hee. Drama musim ke-empat ini tayang pada 18 Juni—31 Juli 2021 dengan jumlah 14 episode dan durasi lebih kurang 70 menit.

Seperti musim sebelumnya, drama ini dibintanti oleh Lee Ha Na yang berperan sebagai Kang Kwon Joo, Song Seung Heon sebagai Derek, dan artis pendukung lainnya yang bekerja sebagai petugas Golden Time.

Drama The Voice 4 ini bercerita mengenai seorang pembunuh berantai yang memiliki kemampuan indra pendengaran yang tajam setara dengan Kwang Kwon Joo. Ia membunuh mereka menggunakan kemampuan tersebut serta menggunakan anak-anak sebagai media pembunuhan.

Drama ini dimulai dengan seorang anak yang menyekap kedua nenek dan kakeknya di sebuah rumah. Anak tersebut menyuruh kakek dan neneknya memakan kotoran hewan, sementara itu ia sendiri mengambil foto saat melakukan aksi bejat tersebut. Setelah itu, foto tersebut dikirim ke sebuah situs dengan nama samaran Circus Man.

Setelah melakukan aksi gila tersebut, seseorang datang menggunakan pakaian serba hitam. Ia memegang kapak di tangan. Anak tersebut sangat syok akan kedatangan seseorang yang misterius itu. Karena ada perasaan ragu dan juga takut, anak tersebut menyuruh seseorang yang misterius itu untuk tidak ikut campur dengan kehidupannya.

Nahas. Anak tersebut dibunuh secara kejam di depan nenek dan kakeknya. Alasan seseorang yang misterius itu membunuh karena perkataan si anak tidak sesuai dengan keinginannya yang menginginkan kebebasan. Setelah itu, sosok misterius ini membunuh siapa pun yang tersisa di rumah.

Kwang Kwon Joo mendapat surel mengenai aksi tersebut dari Circus Man. Ia dan Tim Golden pun pergi ke sebuah pulau yang jauh dari ibu kota yakni Pulau Vimo. Ternyata, di kota tersebut banyak kejadian-kejadian yang tidak terduga yang melibatkan anak-anak remaja.

Salah satu contoh, seorang pria hidup di hutan seorang diri bersama para anjing yang ia anggap teman. Usut punya usut, pria tersebut menderia penyakit mental likantropi yakni meyakini diri sendiri merupakan hewan. Layaknya anjing, ia memangsa manusia yang memasuki hutan tersebut.

Sewaktu kecil pria tersebut tinggal bersama ayah tirinya yang menjalankan peternakan anjing. Ia disiksa secara kejam, seperti dibesarkan di kandang anjing dan diberi makanan anjing ketika berbuat kesalahan. Maka dari itu, ia mengembangkan likantropi klinis, berburu layaknya anjing.

Singkat cerita, di balik akun Circus Man merupakan seorang pria dewasa yang memiliki kepribadian ganda. Ia menyamar dengan baik sebagai cucu dari tetua desa yang disegani oleh siapa pun. Di balik itu, ada kisah kelam yang terjadi sewaktu pria itu kecil sehingga menyebabkan pria tersebut membunuh siapa pun anak remaja yang tidak menuruti perintahnya.

Sebuah mahakarya, apa pun itu, tentu ada baik dan buruknya, ada positif atau negatif, tentu ada kelebihan dan keburukan, termasuk sebuah drama. Drama The Voice 4 memiliki kelebihan dan juga keburukan.

Kelebihan drama The Voice 4, lebih memfokuskan diri mengenai anak-anak yang salah didik dari orang tua mereka, seperti mama-papa, kakek-nenek, bahkan mama-papa tiri. Ada anak-anak yang dilantarkan, ada anak-anak yang disiksa untuk kepuasan semata, ada anak-anak dituntut untuk sempurna agar orang tua merasa bangga.

Berbicara mengenai sinematografi dalam drama The Voice 4 patut diacungi jempol karena memperhatikan secara detail setiap adegan-adegan yang ditampilkan. Musik latar pun menjadi topik utama karena memiliki arti tersendiri dalam drama tersebut.

Jangan berbicara mengenai isi cerita. Seperti penjelasan sebelumnya, setelah kasus satu, drama ini akan melanjutkan pada kasus selanjutnya hingga sampai di kasus utama. Lalu, kasus utama pun berakhir dengan terbukanya identitas pembunuh.

Sementara itu, kekurangan dari drama ini yakni, ada beberapa hal yang tidak masuk akal, seperti salah satu kepribadian ganda yang mengubah dirinya menjadi wanita. Padahal, tubuh pria tersebut kekar. Akan tetapi, di drama tersebut, kepribadian ganda mampu menyamai tubuh pemeran utama. Iya, walaupun menggunakan alat yang canggih, tentu tidak akan terlihat sempurna.

Kekurangan yang lain mungkin pada adegan-adegan yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh sekelompok orang, seperti darah yang tidak disensor.

Kesimpulan akhir dari resensi ini, anak tidak diminta untuk dilahirkan ke dunia. Akan tetapi, tentu anak akan berbuat kebaikan kepada orang tua yang membesarkan mereka. Walaupun terkadang orang tua mereka sering bertindak sesuka hati, banyak anak akan memaafkan orang tua mereka karena tidak mau disebut “Durhaka”.

Sebagai orang tua, apakah sepantasnya memperlakukan anak sebagai alat yang kalian gunakan dalam situasi apa pun? Tentu jawabannya akan berbeda pada masing-masing individu. Semoga saja, orang tua mendidik anak mereka dengan baik tanpa mengharapkan apa pun dari anak itu sendiri.

Yui
Penulis dan Pengarang

    Berdamai dengan Takdir

    Previous article

    Bukan Gagap, Hanya Kurang Seni dalam Berbicara

    Next article

    You may also like

    Comments

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *